Dari pagi hari timeline sudah penuh dengan tagar #kartini #kartiniday #kartinidigital dan semua diskusi tentang Kartini deh. 21 April memang sudah melekat di otak kita diperingati sebagai hari Kartini. Ya, dari jaman kita masih bersekolah bukan? :)
Banyak yang mengidentifikasikan Kartini = emansipasi.Tapi tak sedikit pula yang kontra terhadap pandangan itu. Bagaimana dengan kamu? Aku?
Sebagai bungsu dari kedua kakak laki-laki saya selalu merasa menjadi Kartini di keluarga. Eng.. iya, bukan satu-satunya Kartini, tapi kedua setelah ibu. Sebagai adek perempuan, saya banyak mengalami ketidakadilan (versi saya) dikala bermain dengan kakak-kakak saya.
"Anak cewek gak boleh masuk kamar ini!" itu salah satu kalimat yang pernah dilontarkan kakak saya saat saya masih kecil dan ingin ikut bermain di kamar mereka berdua. Akhirnya saya memilih bermain boneka sendiri di kamar.
Tertindas bukan? :)
Beranjak remaja, saya mulai merasakan perbedaan. Terlebih saya sempat tinggal hanya dengan kakak saya tanpa orang tua karena alasan pendidikan kami. Merantau dan umur membuat ketidakadilan -versi saya meluntur.
Tidak ada lagi sih penindasan seperti masa kecil. Dan saya pun tumbuh mandiri. Meski perempuan tidak pernah merasa lemah. Saya masih ingat, dulu saya besar di kompleks yang serba ada dan homogen. Menempuh pendidikan sekolah menengah tingkat atas di kota Jogjakarta menuntut saya untuk bisa mandiri.
Pulang sekolah sendirian adalah pengalaman besar buat saya saat itu. Sempat takut meski akhirnya saya terbiasa.
Akhirnya memaknai Kartini pun berubah seiring berjalan waktu. Kalau dulu waktu kecil kita sibuk berkarnaval dengan baju adat dan sebagainya. Hari ini? Saya bahkan tak mengenakan kebaya atau berkonde :)
Kalau mengutip kata teman saya @JiaEffendie , yang menurutnya Kartini itu jago curcol saja. Mungkin demikian saya saat ini. Jago curcol. Tapi sekarang dimediasi dan ditunjang oleh teknologi. FB, Twitter, atau blog inipun juga ajang curcol. :D
Well, apapun itu, yang perlu kita jadikan inspirasi adalah bahwa Kartini tidak menginginkan perbedaan hak atas gender. (imho.red) Tapi sebagai perempuan ya sudah semestinya kita tetap ingat kodrat kita bukan. Apa ya kodratnya? :P
Tetaplah curcol dimanapun kamu perempuan-perempuan berada... karena perempuan memang diciptakan dengan perasaan yang jauh super sens. Meski cengeng (sesekali) harus tetap menjadi perempuan yang kuat. Cara mudahnya, seperti yang saya lakukan, saya selalu menganggap diri saya SuperGaL.
Ingatlah bahwa tak ada perempuan yang tak rempong :)
Selamat Hari Kartini!
*Tulisan ini hanya spontanitas semata. Dikala sudah jarang meluangkan waktu menulis disela-sela keSOK sibukan saya :)
good. selamat paskah
ReplyDelete