Monday, March 29, 2010

Karyaku di Antologi | Sebilah Sayap Bidadari:Memorilibia 7,9 SR. Kumpulan Cerpen dan Puisi mengenang Gempa 7,9 SR Sumatra Barat.


Dicopy untuk kebutuhan publikasi

Ceritaku masuk di dalam Antologi ini.... 
Beberapa temen The Hermes juga berpartisipasi menulis disini
Senang bisa berkarya untuk membantu sesama :)

GaL

Buku ini telah terbit! DAPAT DITEMUKAN DI TOKO BUKU SEPERTI GRAMEDIA, TOGA MAS, SOCIAL AGENCY, de el el. di seluruh Indonesia. Harga jual Rp.50.00

Pembelian melalui saya , bisa dapat diskon! Cuma seharaga Rp. 32.000 *belum termasuk Ongkir :)
Order by email to: 
galoeh11@gmail.com
:::


Judul:
Sebilah Sayap Bidadari:
Memorilibia 7,9 SR. Kumpulan Cerpen dan Puisi mengenang Gempa 7,9 SR Sumatra Barat.

Penerbit: Pustaka Fahima

Penulis: Dwi Januanto Nugroho, Nursalam AR, Fira Basuki, Abdullah Khusairi, Dyra Hadi, Nuril Annissa, Igoy el Fitra, Dea Anugrah, Benny Arnas, Asep Sambodja, Irawan Aji, Zelfeni Wimra, Timra Madana Pitri, Mariska Anggraini, Endik Koeswoyo, Yandigsa, Muhammad Sholihin, Raudhatul Usnami, Karina Anggara, Irawan Senda, Sulfiza Ariska, Akhyar Fuadi, Zandika Alexander, Silfia Hanani, Feryanto Heady, Darwis Ramadhan, Galuh Parantri, Arif Puji G. Luckty Giyan Sukarno, Bejo Halumajaro, Pamungkas WH, Gayatri Parikesit, Monica Petra Karunia, Sulistyawati, Rahmad Ibrahim, Haerul Ibrahim, Haerul Said, Addiarahman, Salman Aristo, Dewi "dee" Lestari, Muhammad Nasir, Muhammad Zikri.

ISBN: 978-979-1355-64-3
Harga: Rp. 50.000,-
Sebuah Proyek Amal Untuk Korban Gempa


E Magz #1- Hermes In Love



Siapa yang tak pernah kenal cinta?
Merasakan cinta?
Semua pasti tahu rasanya cinta.
Ada yang bilang cinta itu indah. Cinta itu buta. Cinta itu taik. Cinta itu bullshit.
Kalau kamu?
Bilang cinta itu apa?
Edisi perdana E-Magz Hermes kali ini mengangkat tema  Hermes In Love.
Hermesian menceritakan warna-warni cinta
Selamat menikmati sajian tentang cinta dari  Hermesian

With Love,
Hermesian
: : :

Download Here  Hermes In Love

: : :
CONTENT:
Title | Author | Twitter id
This Is It | Dan Sapar | @dansapar
Brankas Rasa | Galuh Parantri Pramono | @galoeh11
I Don’t Need A Time Machine | Faizal Reza | @frezask
Di Antara Cinta | Menur Widilaksmi | @menuy
Kini | Rahne Putri | @rahneputri
Wanita Tahun Ketiga | Sitty Asiah |@sittyasiah
Telephone | Chicko Handoyo Soe | @gembrit
Green February | Astrid Dewi Zulkarnain | @TanteHijau
Ananti | Asyharul Fityan | @OiJaw
Lupus Membunuh Cinta | Artasya Sudirman | @myARTasya
Surat Kepada Sahabatku | Rizki Januarsaputra | @SutradaraTop
Bulan Merah Jambu | Tiara | @gwsukaoranye
Menulis Bahagia Dalam Sejarah | Nina Josephina | @keDINGINan
Midnight Longing | Pia Zakiyah | @piazakiyah
Cinta Adalah… | Dedo Dpassdpe | @dedodpassdpe
Sepasang Kacamata | Luckty Giyan Sukarno | @lucktygs
FEB(ruar)I | Alvin Agastia Zirtaf | @agastiazirtaf
Enam Rangkai Rindu | Jia Effendie | @JiaEffendie
Namaku Mei | Vagha Julivanto | @avaghtar
Love You So | Endy Daniyanto & Blue Summer|@endydaniyanto &@bluesummermusic




Contact Us On:
Facebook: THE HERMES FAN PAGE
WordPress: http://hermesian.wordpress.com/
E mail: thehermes09@gmail.com
Twitter : @TheHermes


Sunday, March 28, 2010

Kisah 60 Menit



Aku melirik jam tanganku, tepat pukul 7 malam saat memasuki area tunggu.

"Yahhhh..." Seisi ruangan ini mengeluh dengan nada kompak.

Mati lampu.

"Duh sial!" Aku mengumpat.

Tiba-tiba ruangan tak seberapa luas ini gelap. Hanya cahaya dari kendaraan di luar sana terlihat lalu lalang kadang menyilaukan. Akuberjalan ke tengah halte.

"Harap tenang semua, ada pemadaman listrik dari pusat. Mohon maaf. Jangan panik."

Suara petugas terdengar bersaing dengan suara kendaraan yang lalu lalang.

Halte Transjakarta ini tak seberapa luas. Kisi-kisi terbukanya juga tak banyak. Sementara jam menunjukkan waktu dimana semua orang pulang kerja dan memenuhi halte ini. Pengap.

Diluar langit masih menangis. Jalanan basah, bau tanah bercampur dengan asap kendaraan. Aku masih merutuki kejadian-demi kejadian hari ini.

Aku melipat payungku. Tempat dudukpun tak tersedia. Aku menghela nafas kesal. Aku berdiri.

"Aduh!" Aku menjerit kakiku terinjak oleh orang yang berdiri membelakangiku

"Eh maap..maap..."

Aku tak bisa melihat wajahnya. Hanya suaranya yang sedikit berat yang terekam dalam ingatanku.

"Maap ya ..." Dia bersuara lagi. AKu mengangguk menandakan 'Im just fine'.

Kami sama-sama berdiam. Cukup lama. Sama-sama memperhatikan lampu-lampu kendaraan.

"Eh, maap lho ya..." Dia bersuara lagi. Gelapnya tempat ini menyebabkan dia tak tahu bila aku sudah mengangguk sebagai jawaban permohonan maafnya.

"Gak pa pa, mas."

"O..mbak-mbak tho kakinya yang gue injek barusan." Suara beratnya terdengar ramah.

Dia kini berdiri persisi disampingku menghadap ke kaca halte. Lagi-lagi diam. Memperhatikan lampu diluar.

"Mau pulang kemana mbak?" Dia memecah keheningan.

Aku diam. Orang ini, sudah tahu mati listrik, masih saja ingin beramah-ramah. Sementara aku capek, kehujanan, kedinginan, lapar, dan baru saja dimarahin bos tadi di kantor.

"Mbak..mbak masih disitu kan?"

Dengan sedikit malas aku menjawab "Masih. Saya ke Blok M."

Lalu kami sama-sama diam lagi.

Dia bergeser ke sisi kananku, kembali mengajakku berbicara. "Wah sama donk ke Blok M."

Aku diam tak merespon. Masih membayangkan buruknya hari ini. Hanya ingin cepat sampai rumah dan tidur .

" Kantor mbak di deket sini ya?"

Dia bersuara lagi.

"Iya."

Lalu kami kembali diam. Syukurlah semoga di atak meneruskan pembicaraan.

"Di gedung apa mbak?"

Ahhh aku salah. kenapa dia maish saja membuka mulut?
Aku malas menjawab. Hanya memandang kendaraan diluar sana.

"Saya tau deh, pasti mbak karyawan di gedung yang pojokan setelah jembatan sini kan?"

Aku tercengang, tebakan jitu juga. Ah kebetulan.

"Mungkin." jawabku sekenanya.

Bis Transjakarta tak kunjung tiba. Kurasa lebih dari setengah jam aku berdiri disini, dalam kegelapan. AKu mulai pegal dengan hak tinggiku. Berdiri dengan sepatu hak tinggi jauh lebih menyiksa ketimbang berjalan puluhan kilo.

"Mohon maaf, harap bersabar menunggu. Armada bis sedang mengalami kendala teknis di halte sebelumnya. Mohon menunggu."

Seisi ruangan lagi-lagi mengeluh kompak. Sungguh bukan berita baik yang ingin kudengar dari mulut petugas itu.

Aku semakin resah.

"Wah payah ya mbak, masak kita kudu nunggu lagi. Mmm mbak buru-buru nggak?"

"Iya."

"Dari Blok M masih nyambung lagi?"

"Iya."

"Oo...."

"Mbak..."

"Maaf ya mas, saya lagi nggak mood ngobrol. Hari ini hari buruk buat saya. Jadi tolong saya jangan diajak ngobrol!"

Dia diam. Dia tak merespon.

Aku tak merasa bersalah, aku memilih menikmati keheninganku.

Tiba-tiba lampu menyala menerangi halte ini.

Suara lega dari seluruh orang didalam sini terdengar. Aku melirik jam tanganku, tepat 60 menit dari terakhir aku melihat jam. Sekarang tinggal menunggu bis datang.

Tak lama bis Transjakarta tiba, semua orang mendekati pintu. Aku juga demikian, namun langkahku tertahan saat melihat seorang tuna netra yang mencoba mendekat ke pintu yang sama.

"Mari mas, saya bantu."

Dia hanya tersenyum, tak menjawab namun mengikuti langkahku.

Setelah kami berada di dalam bis, aku berhasil mengantarnya pada tempat duduk, dia bersuara, suara yang tak asing di telingaku sejam yang lalu. "Terimakasih mbak. Sudah mood untuk ngobrol dengan saya?"


***

Happy belated Earth hour...
hehehheeh
28 March 2010 6:46pm

Tuesday, March 23, 2010

Hermes In Love- Brankas Rasa



"Dimana kuncinya?"

"Uda lama kubuang sejak kita nggak bersama lagi."

"Kamu...?"

"Ya, aku ngerasa itu nggak penting buat aku simpan"

"Tapi..."

"Tapi apalagi?"

"Tapi disitu semua kenangan kita!"

"Ralat omonganmu, nggak ada lagi kata kita!"

"Kenapa sih kamu...?"

"Sekarang hanya ada aku dan kamu. Aku. Kamu."

"Ya terserah kamu. Sekarang, gimana caranya? Aku mau mengambil sesuatu di dalam situ!"

"Apalagi yang mau kamu ambil? Lagian aku uda bilang, kuncinya uda nggak ada!"

"Nggak ada cara lain? Aku harus mengambilnya sekarang!"

"Apa lagi sih yang mau kamu ambil?"


*****

Apa yang akan diambil? Apa yang tersimpan dalam brankas rasa itu?

Temukan jawabannya di E-Magz 'Hermes In Love' Edisi Maret 2010

Project lain dari The Hermes setelah 'Hermes For Charity'




LOVE STORY COMPILATION
WITH ORIGINAL SOUNDTRACK BY BLUE SUMMER

IT'S 100% FREE


DOWNLOAD HERE



The Hermes;
Alvin Agastia Zirtaf - Artasya Sudirman - Asyharul Fityan
Astrid Zulkarnain - Chicko Handoyo Soe - Dan Sapar - Dedo Dpassdpe
Dwi Fitriyani - Eliana Candra - Emmy Emanyza - Eni Setyaningsih
Endy Daniyanto - Faizal Reza - Fajar Nugros - Galuh Parantri
Jia Effendie - Luckty Giyan Sukarno - Menur Widilaksmi
Nina Josephina - Pia Zakiyah - Rizki Januarsaputra
Rahne Putri - Sitty Asiah - Tiara Hermes


Hermes In Love



LOVE STORY COMPILATION
WITH ORIGINAL SOUNDTRACK BY BLUE SUMMER

IT'S 100% FREE

COMING SOON MARCH 25th



The Hermes;
Alvin Agastia Zirtaf - Artasya Sudirman - Asyharul Fityan
Astrid Zulkarnain - Chicko Handoyo Soe - Dan Sapar - Dedo Dpassdpe
Dwi Fitriyani - Eliana Candra - Emmy Emanyza - Eni Setyaningsih
Endy Daniyanto - Faizal Reza - Fajar Nugros - Galuh Parantri
Jia Effendie - Luckty Giyan Sukarno - Menur Widilaksmi
Nina Josephina - Pia Zakiyah - Rizki Januarsaputra
Rahne Putri - Sitty Asiah - Tiara Hermes

***
The other project from us after Hermes For Charity...
It will be periodical e-Magz from us...
So dont miss it :)


Friday, March 19, 2010

Kualitas Loyalitas Dari Anjing

Entah ini bisa dikategorikan sebuah tulisan perenungan, pembelajaran atau resensi film.

Film terakhir yang saya sempat tonton di bioskop adalah Hachiko. Film yang diangkat dari kisah nyata dan sangat melegenda di Jepang.


Dalam film ini tokoh utama adalah seekor anjing. Iya,  anjing. Menarik bukan? Anjing ini dipungut di stasiun oleh seorang Professor perguruan tinggi yang mengajarkan seni pertunjukan. Anjing ini akhirnya diberi nama Hachi.

Hubungan keduanya sangat erat. Bahkan istri profesor sempat cemburu akan keberadaan Hachi. HAchi selalu mengantar dan menjemput profesor di stasuin kereta api pada jam yang sama setiap harinya.
Profesor meninggal mendadak ditempatnya mengajar, Hachi tidak mengerti bahwa tuannya sudah tiada. Ternyata Hachi tetap setia menunggu tuannya di stasiun tersebut selama hampir satu dekade. Semua orang disekitar stasiun sudah sangat mengenal Hachi.

Loyal dan cinta, dua kata yang menjadi inti dari film tersebut.




Legenda di Jepang mengisahkan, Hachikō adalah seekor anjing jantan jenis Akita Inu kelahiran Odate, Prefektur AKita. Ia lahir pada 10 November 1923, dan meninggal 8 Maret 1935.  Ia terus dikenang sebagai lambang kesetiaan anjing terhadap majikan. Setelah majikannya meninggal, Hachikō terus menunggu majikannya yang tidak kunjung pulang di Stasiun Shibuya Tokyo.


Pada 8 Juli 1935, patung Hachikō didirikan di kota kelahiran Hachikō di Ōdate. tepatnya di di depan Stasiun Odate. Patung tersebut dibuat serupa dengan patung Hachikō di Shibuya.
Di tahun 1944 Perang Dunia II  menyebabkan patung peunggu tersebut dilebur, dan akhirnya didirikan lagi di Shibuya pada tahun 1948. Patung tersebut merupakan karya pematung Takeshi Andō, anak laki-laki Teru Andō.

Mengharukan ya? Seekor anjing sangat loyal pada majikannya. Seharusnya manusia yang dianugerahi  akal, budi , dan rasa bisa lebih bersikap loyal dan mencintai sesama.

Semoga kita bisa menjadi orang-orang yang loyal dalam koridor yang baik tentunya. Amin :)


Yang belum lihat filmnya, harus nonton . Trailernya bisa diklik disini Hachiko


Sunday, March 14, 2010

101 Kisah Lavatory- Menguping Curhatan Double Affair





Setelah memberi waktu untuk bos cerewet itu menyelesaikan urusan buang hajatnya, aku kembali memasuki lavatory. Masih ada beberapa tugasku yang belum aku lakukan sebelum bos tadi mensabotase waktuku di dalam lavatory. Gara-gara handphone sial. Mmm ralat, gara-gara kelalaianku.

Kudorong pintu lavatory ini pelan-pelan. Pintu dengan penampilan kayu cantik dikombinasi warna metal pada bagian handle dan boardsign LADIES.

Seperti setengah jam yang lalu, lavatory ini masih sepi, karena ini jam makan siang. Hanya terdengar dua suara yang sudah familiar di telingaku. Ya, ini suara dua mbak-mbak yang tempo hari bertukar cerita soal kekejaman si bos. Yang satu yang tadi pagi kutemui menggunakan maskara, yang satunya sahabat kental si mbak maskara itu. Nampaknya pembicaraan mereka seru, semoga tak ada tragedi maskara luntur lagi hari ini.

Aku sengaja menahan handle pintu agar tertutup perlahan sehingga tak menimbulkan suara gaduh.

"Jadi lo masih dihubungin sama mantan bos kita itu bok?"

Terdengar suara pertanyaan lantang menggema.
Oh, ternyata mereka berada di dalam bilik. Satu di bilik favorit bos, paling kanan sedang yang satu di bilik paling kiri.

"Mmm gitu lah.."

"Terus lo mau pas diajak semalam?"

"Lo nggak lihat nih baju gue kan masih sama dengan kemarin, untung gue punya scarf ma sepatu yang gue tinggal di kolong meja..."

"It means...?" si mbak yang satu bertanya minta penjelasan.

"Ya it means gue belom pulang ke kontrakan gue!"

"Astaga.. lo masih mau main api aja sih... "

Aku menyimak sambil pelan-pelan menambah cairan pencuci tangan di wastafel.

"Say... gue nggak flirting, doi kok yang mulai. Sapa sih yang nolak cowok cakep kaya gitu?"

"Giling, istri orang, affair bos lo, dan lo masih bisa menikmati itu?"

Terdengar suara tissu ditarik dari gulungannya disertai suara flush kloset.

"Hidup cuma sekali, kudu dinikmati bok..."

AKu selesai menambah cairan pencuci tangan di wastafel. Kali ini aku meneruskan dengan mengeringkan sisi-sisi wastafel yang basah dengan lap.

"Yang lo cari apa dari mantan bos kita itu sih?"

Kali ini terdengar suara sama dari bilik sebelah kiri. Suara tissu yang ditarik dan flush kloset.

Aku mempercepat pekerjaanku. Tak mau tertangkap basah menguping pembicaraan ini. Tinggal mengambil sampah di pojok ruang.

"Mmm... sensasinya beda ciinnn...."

"Ude gila lo!"

Rekannya hanya tertawa puas menanggapi komentar tersebut. Suara risleting terdengar dan tak lama pintu bilik kiri terbuka.

Sial, aku kurang cepat. Aku memasang muka polos. Seakan-akan tuli tak mendengar informasi apapun barusan.

Ternyata si mbak maskara yang keluar terlebih dulu dari bilik kiri. Dia melempar senyuman padaku. Dia pun seolah tak sedang membicarakan hal yang tabu barusan.

Aku sedikit lega, dan meneruskan pengumpulan sampah kamar mandi ke dalam plastik hitam besar.

"Terus?" bilik kanan terbuka diikuti keluarnya rekan si mbak maskara. "Heh, daritadi lo disitu?" tiba-tiba dia berteriak.

Aku menoleh, merasa pertanyaan yang dilontarkan pasti tertuju padaku.Aku mengangguk.

Mbak dengan kacamata berperawakan tinggi itu mendekatiku.

"Denger apa aja lo?"

"Heh.. udahlah bok. Gakpapa. Tadi pagi gue juga curcol dikit ma desse. Udin tau dia nek, gue ada apa-apa ma lekong itu..." Mbak maskara menenangkan rekannya, sedikit berpihak padaku.

Mbak berkacamata tadi ternganga memandang si mbak maskara dengan ekspresi yang kira-kira bila diterjemahkan dalam bahasa 'Serius lo? Lo pengen semua dunia tau lo punya affair atas affair?' Dan dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kembali berkutat ke kaca.

Mbak maskara itu tersenyum menanggapi gelengan kepala rekannya lalu memandangku.

"Tadi pagi lo mo nanya paan mbak?"

Aku gugup.

"Heh, bengong!"

"Eh iya mbak gimana?" tanganku menggenggam plastik hitam besar dengan kencang menimbulkan suara sedikit berisik.

"Tadi pagi.. tadi pagi itu lo mo nanya apa, sebelum bos cerewet masuk kesini?"

"Oh..."

Mbak maskara ini menunggu jawabanku sambil menatapku. Sementara mbak kacamata melirikku dari balik badan mbak maskara terlihat penasaran

"Ngomong paan sih?"tanyanya

"Tadi pagi nih si mbak ini mo nanya ma gue, tapi keputus gara-gara si bos cerewet itu datang tiba-tiba mau buang hajat!"

Dia tertawa.

"Emm i.. ini mbak..." AKu mengeluarkan robekan kertas ‘Laporan Keuangan Tahun 2009′ dari dalam sakuku.

Mbak maskara dan mbak kacamata kali ini sangat kompak. Mereka mengernyitkan dahi dan bersuara bersamaan,

"OMG ‘Laporan Keuangan Tahun 2009′ ???"

***
GaL
12:24 pm 14 March 2010

Monday, March 08, 2010

M & M



Aku gugup, deg-degan, entahlah perasaanku campur aduk. Resah, tidak tenang, entahlah. Aku sudah duduk sekitar 10 menit di kursi berwarna merah ini. AKu tidak perlu takut, karena ada ratusan orang di dalam gedung pertunjukan ini.

AKu menarik nafas, panik. Entah mengapa. Tanganku berkeringat. Jantung aku berdegup kencang. Aku memandangi panggung yang masih tertutup tirai. Cepatlah... aku semakin tak sabar.

Suara lagu I'm A Marionette dari ABBA terdengar

"You're so free," that's what everybody's telling me
Yet I feel I'm like an outward-bound, pushed around, refugee.."

Dan akhirnya tirai panggung itu terbuka. Semua orang digedung ini bertepuk tangan. Aku masih cemas, hanya diam.

Dia disana, El, dan empat pupeter lainnya melambaikan tangan.

Lagu mengalun, mereka beraksi

"I'm a marionette, just a marionette, pull the string
I'm a marionette, everybody's pet, just as long as I sing
I'm a marionette, see my pirouette, 'round and 'round
I'm a marionette, I'm a marionette, just a silly old clown.."

Sepanjang pertunjukan aku masih tidak tenang, meski aku mencoba untuk menikmati pertunjukan ini. Cerita tentang empat tokokh laki-laki dan satu perempuan. Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya.

Fyuh, aku masih tak tenang. Aku disini untuk memenuhi undangan El. Ya, karena dia aku duduk disini. Dia hanya mengirimiku pesan singkat kemarin "Pertunjukan Marionet, besok di gedung pertunjukan kota jam 7 malam. Be there. Beg u".

El, satu laki-laki diantara empat lelaki yang mencoba mewarnai hidupku. Ini cara dia menunjukkan kesungguhannya? Mengundangku kemari dan mempertunjukkan satu kisah yang didedikasikan untukku?

Ya, ini kisah perjuangan laki-laki mengejar cintanya, dan happy ending. Si perempuan menerimanya. Akhirnya semua orang berdiri bertepuk tangan kencang. Aku masih berdiam, meskipun ikut berdiri seperti semua orang di gedung ini. El dan rekannya menghilang seiring ditutupnya tirai panggung.

Tak lama semua orang mulai meninggalkan kursinya menuju pintu keluar. Aku masih terduduk memegangi bungkusan yang sudah aku siapkan untuk El.

Tuuut...tuuut..tuuuut...tuuuutt..
Satu pesan singkat aku terima,

Aku tunggu di backstage sekarang, El.

***

"Marionet yang sangat menarik", aku membuka pembicaraan saat El menghampiriku di pintu keluar belakang panggung. Aku mengomentari boneka tokoh laki-laki pejuang cinta yang tengah ia pegang.

Dia tersenyum, "Kamu suka?"

"Suka."

Dia memberikan boneka itu padaku. Aku menerimanya, dan menyerahkan bungkusan yang sudah aku siapkan untuknya.

"Apa ini?"

"Bukalah, nanti juga kamu tahu."

Dengan sigap El membuka bingkisan dariku. Tersenyum lagi dan terdiam sesaat sembari membaca kartu yang aku tulis.

"Matryoshka, boneka khas Rusia...." Aku memecah keheningan.

"Mmm.. "matryoshka" diambil dari nama "Matryona", nama dari seorang wanita yang bertubuh gemuk. Seperti aku." aku menghentikan kalimatku, menghela nafas.

"Aku ingin seperti boneka ini, dengan 3 boneka lebih kecil didalamnya. Yang besar adalah ayahnya, yang kedua adalah ibunya dan yang dua anaknya. Ya aku ingin punya 2 anak ."

El tersenyum, dan memelukku, "Nanti kita beri nama mereka Marionette dan Matryoshka"


***

Happy birthday Om Ikal!!!
Aku mencuri marionette-mu dan kupasangkan dengan martyoshka yak?? hihihihi
Semoga tidak tambah iseng dan nakal , malu dengan umur brad!

*notes kado buat temen Hermes Ikal, yang pernah nulis soal Boneka Marionette

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Matryoshka (bahasa Rusia: матрёшка), adalah boneka khas Rusia yang dapat diisi dengan bentuk boneka-boneka yang lebih kecil. Nama "matryoshka" diambil dari nama "Matryona", yang merupakan nama dari seorang wanita yang bertubuh gemuk.

Model-model boneka matryoshka dapat bervariasi sebagai contoh bentuk gadis petani dengan pakaian tradisional, karakter dongeng sampai para pemimpin Soviet.


Sunday, March 07, 2010

Perenungan Hubungan


Kala matahari mulai terganti dengan bulan
Saat panggilan itu berkumandang
Aku meniatkan hati untuk sembahyang

Sajadah itu sudah terbentang...
Seharusnya aku menjadi lebih tenang
Ya, karena aku akan menghadap padaNya dan memanjatkan harapan

Tapi, tidak..ternyata justru air mata ini berlinang
Disela-sela bacaan yang kulafadzkan aku ternyata bimbang

Ya Allah, ijinkan aku untuk berjuang
untuk rasa dan cinta yang sedang aku urai
Beri aku keyakinan dalam ruang
Ridhoi perjalanan ini menjadi lapang

Dengan menyebut namaMu yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
Amin

***

Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. [Al A'raf :205]

GaL
7 March 2010 at 8:29am
Perenungan memaknai suatu hubungan


Saturday, March 06, 2010

101 Kisah Lavatory- No Handphone (Please)



Seperti biasa, saat makan siang tiba toilet kosong. Saatnya merapikan lavatory. Ini waktu yang menyenangkan untukku, karena saatnya aku bisa leluasa menggunakan handphoneku.

Ada peraturan bagi seluruh staff seperti aku. Kami dilarang mengaktifkan handphone selama bekerja, jam kerja, apalah, intinya selama jam 6 pagi hingga jam 8 malam. Handphone baru bisa dinyalakan saat kami beristirahat.

Tapi, aku suka menyiasati dengan mencuri waktu kala bekerja dan mengirimkan sms. Ke siapa? Ke pacarku tentu saja. Kalau kata kakakku, aku masih dikategorikan ababil. Katanya ababil adalah ABG labil. Umurku memang baru 19 tahun. Baru saja tamat dari Sekolah Menengah Atas.

Siang ini aku memasuki lavatory dan mencek semua biliknya. Kosong, hanya ada aku sendiri di dalam ruangan ini. Sebelum melakukan semua pekerjaan yang rutin aku lakukan, aku akan mengcek handphoneku terlebih dahulu.

Aku memilih bilik paling pojok kanan, bilik keempat bila kita menghitungnya dari arah pintu. Segera kutekan tombol ON telepon genggamku.

Tuuut.. tuttt…

Tuuut.. tuttt…

Tuuut.. tuttt…

Benar saja, 3 pesan aku terima. Semua dari nama pacarku. Aku tersenyum memandangi layar handphoneku. Pesan singkat dan lucu membuat aku tersenyum. Aku segera membalas semua smsnya.

Message Sent!

AKu masih berharap menunggu balasan darinya. 1 menit, 2 menit.

Terdengar suara pintu lavatory terbuka dan suara hak sepatu yang menggema di toilet. Bersamaan dengan itu, handphoneku tiba-tiba berbunyi kencang

Tuuut.. tuttt…

Sial… apes… siapa ya yang masuk ke toilet. Semoga bukan pengawasku. AKu keringat dingin.

Tiba-tiba, pintu bilikku digedor.

“Siapa di dalam?”

Mampus… kenapa bilik ini diketuk sih? AKu panik. Uh.. menyesal deh main-main handphone di jam kerja. Bener kata kakakku, aku ini ababil bodoh. Aku maish merutuki diri sendiri.

Sekali lagi pintu ini digedor kencang, disertai pertanyaan yang sama, ” Siapa di dalam?”

Aku semakin gugup. Aku belum hafal semua suara orang di lantai ini. Suara siapa ya ini. Aku ragu-ragu menjawab pertanyaan yang diteriakkan dari orang yang mengetuk pintu bilik ini.

“Hallooooo… siapa sih???”

Fyuh… aku pura-pura memflush toilet dan bersiap keluar dari bilik menghadapi siapapun yang menggedor pintu ini.

Klik, kubuka kunci daa pintu langsung terdorong ke dalam. Membuat aku terpojok nyaris terduduk ke toilet.

“Aw…”, aku menjerit kaget dan menegndalikan keseimbanganku agar tak terjatuh.

“Kamu lagi! Saya kan mau pakai bilik ini, kenapa nggak menjawab daritadi?”

Ughhh si bos cerewet ini rupanya. Aku tak bisa menjawab hanya diam. Aku ketakutan. Ibu ini ingat tidak ya soal kejadian tadi pagi saat dia bertanya soal sampah yang terpotong suara handphonenya? Atau dia benar mencari tahu soal sobekan kertas ‘Laporan Keuangan 2009′ yang kutemukan itu? Atau jangan-jangan dia akan memarahiku karena mendengar dering telepon genggamku tadi?

“Malah bengong, minggir…! Saya uda kebelet!”

Aku bergegas keluar dari bilik, mempersilahkan si bos ini masuk ke dalam. “Eee Si..silahkan.. bu.”

Pintu sedikit terbating dan tertutup. Fyuh, ternyata si bos hanya kebelet. AKu melangkah tenang menuju pintu untuk meninggalkan lavatory.

“Eh! Kamu…!”

Tiba-tiba suara ibu bos menghentikan langkahku.

“Engg, i.. i.. iya bu? Sa.. saya?” aku terbata-bata menyahut.

“Besok-besok, matikan handphonemu kalau bekerja! No Handphone! Kali ini saya memaklumi!” Suaranya menggema memperingatkanku.

“Baik bu. Maaf bu.” ternyata dia tahu apa yang aku lakukan… aku menggumam sambil meneruskan langkah memegang handle pintu untuk keluar.

“Satu lagi!”

AKu tehenti dengan posisi pintu yang sudah terbuka.

“Iya bu?”

“Jangan gunakan bilik paling kanan ini bila jam istirahat. Saya pasti akan pakai di jam segini!”

“Baik bu…”

“Ehh..ehhh.. satu lagi!!”

AKu nyaris menggerutu kali ini, sudah tak lagi ketakutan, “Apalagi bu?”

“Matiin hape kamu, sebelum pengawas kamu denger hapemu bunyi!”

Aku melengos keluar dari lavatory. Malu. Bos cerewet yang aneh. Kentutnya bau dan hanya mau menggunakan bilik paling kanan di pojok ruang. Tapi baik juga dia mengingatkanku. Tapi tetap saja aneh.

***

GaL
6 March 2010

News (draft) Song by Blue Summer

Ku akan Mencintaimu-by blue summer

share music on Twitter download mp3

PS: Nice Song...
Katanya sih... ini buatnya pas lagi di lampu merah, sampai rumah aransmen langsung jadi...
Otak lo terbuat dari apa sih Endy? ^^v





Thursday, March 04, 2010

101 Kisah Lavatory - Perkara Maskara


http://www.beautycounsel.co.uk/c...ents.htm
taken from:http://www.beautycounsel.co.uk/c…ents.htm

“Heh! Bengong aje lo!”

Aku hampir saja berteriak karena kaget.

“Eh, mbak… Tumben sudah datang?”

“Iya nih, kerjaan gue masih numpuk dari kemarin sore. Makanya pagi-pagi gue uda dateng..”

Si mbak ini berkata sambil berjalan menuju kaca untuk merapikan riasan wajahnya. Tidak seperti tempo hari saat maskaranya luntur karena air matanya, pagi ini dia terlihat bersemangat dan sangat wangi.

“Tapi tetep ajah gue telat pagi sama si bos.” lanjutnya sambil terus berkaca.

Aku menahan tawaku.

“Sebel gue kalo kerja ada dia, gue suka ditongkrongin. Padahal nggak enak kalau ngerjain laporan keuangan ditongkrongin gituh…” lagi-lagi si mbak ini meracau sambil tetap berkaca

Aku jadi teringat kertas yang masih kukantongi. Jadi si mbak ini biasa mengerjakan laporan keuangan? Sama persis dengan sobekan kertas yang kutemukan tadi pagi donk? Sobekan kertas dengan tulisan ‘Laporan Keuangan Tahun 2009′.

Aku masih berpikir tentang kertas sambil terus menggerakan kain lap di sepanjang wastafel lavatory.

“Jangan sampe deh hari ini maskara gue luntur lagi gara-gara si bos ituh. Huh! ” Kali ini si mbak merapikan bulu matanya, menjepitnya dengan alat yang khusus untuk melentikkan bulu mata dan mengedip-ngedipkannya berulang kali di depan kaca.

Aku diam mendengarkan kicauan si mbak ini.

“Lo tau nggak, si bos itu suka seenak jidat dia kalo komentarin kerjaan. Suka semena-mena kalo ngasih kerjaan. Emangnya tangan gue berapa? ” kali ini dia memulas bibirnya dengan lipstik berwarna muda.

“Dua ya mbak?” sahutku

“Iye, pinter lo!” timpalnya

Aku tersenyum. Kali ini aku merapikan pemanis lavatory ini. Aku mengganti air di dalam vas yang diisi tanaman air. Warna hijau disudut sini memberi efek yang baik bagi para pengunjung toilet lantai ini.

“Tapi kadang dia baik juga sih. Sama-sama wanita ada enaknya juga. Suka ngajak shoping bareng. Tapi kalo dia uda bete, kita juga yang kena damprat. Repot….”

Kicauan si mbak ini belum selesai juga ternyata.

“Susah kalo punya bos kaya dia, single parent gitu. Dua anaknya pasti banyak tuntutan dan perlu temen curhat, sementara dia sibuk dan nggak punya pasangan untuk dicurhatin….”

Wah, aku baru tahu kalo si bos ternyata sudah janda beranak 2. Masuk akal juga cerita si mbak ini. Wanita itu kesepian tak punya teman bercerita.

“Dulu sih kayanya ada affair ma bos lama kita. Lo kayanya belom masuk disini deh, jadi pasti nggak tau orangnya. Bos lama gue cakep bok. Dan gue bilang cocok ajah ma si bos cerewet ini….”

Entah apalagi yang dipandangi si mbak ini di depan cermin. Betah sekali dia berlama-lama di depan kaca lavatory ini. Dan nampaknya kaca sebelah pojok paling kanan adalah favoritnya.

“Gue juga mau jadi simpenannya kalo dia ngelirik gue… “

Yah, si mbak ini murah meriah juga rupanya. Aku hanya tersenyum merespon kalimatnya barusan.

“Tapi sayang, dia milih si bos cerewet gue itu. Daripada malu ketahuan affair, dia resign dari sini…”

Kurasa kebisuanku sedari tadi justru membuat si mbak ini semakin mebeberkan banyak cerita yang tidak kuketahui sebelumnya.

“Ah sudahlah. Yang penting semoga hari ini bos gue nggak lagi PMS!” serunya sambil tetap memandangi kaca membenahi pakaiannya.

“Semoga ya mbak…” Aku berpindah ke sisi kiri si mbak yang masih sibuk berkaca, mendekati pintu toilet.

“Iyalah repot kalo dia lagi PMS!”

“Eh mbak…” tiba-tiba aku ingin bertanya soal sobekan kertas yang aku temukan

“Ya?”

“Mbak, tadi pagi…”

Pintu lavatory terbuka tiba-tiba memotong kalimatku.

“Pagi bu…” si mbak menyapa si bos yang tiba-tiba muncul di hadapan kami seolah dia tidak membahas apapun tentang si bos denganku sedari tadi. Kedua tangannya sedang memegang maskara, tangan kanan siap menyapu bulu matanya dengan maskara dan tangan kirinya memegang botol cairan maskara.

Aku menoleh ke belakang dan gugup.

“Pagi.” jawab si bos singkat. Matanya langsung menuju padaku.

Aku semakin gugup, jangan-jangan dia meneruskan interogasinya padaku yang terputus tadi pagi.

“Oya, saya mau tanya sama kamu… “

Bos berjalan ke arahku. Mampus! dia pasti akan melanjutkan percakapan seriusnya tadi pagi.

Ternyata dugaanku meleset, aku terlalu GR, si Bos melaluiku begitu saja.

“Kamu make maskara apa sih? Bulu matamu bisa keliatan cantik gitu?”

Fyuh, aku cepat-cepat bergegas meninggalkan lavatory diiringi dengan suara celotehan dan pembahasan dua wanita yang sebetulnya bertentangan tetapi akur perkara maskara.

***
GaL
9:42 AM , 4 Maret 2010