Thursday, December 31, 2009

Akhir 31 Di Lantai 31

Last sunset 2009, dari lantai 31
::Dari yahoo mimnya Firman-VIVAnews ::

Layar monitor pc-ku masih menyala. Secangkir kopi, bukan kopi hitam, menemani malamku. Baru saja senja berlalu dari pandanganku. Ya, ini senja terakhir di tahun 2009. Kalender di meja kerjaku masih memajang kalender 2009. Aku belum punya kalender tahun 2010, padahal 2010 tinggal beberapa jam lagi.

Kulirik jam dinding di sudut ruang. Masih pukul 22.25 WIB. Tugas aku belum selesai dan masih lama menuju pukul 24.00 WIB. Aku kembali menekuni dokumen dengan pc-ku.

Suara televisi sedari tadi menyuarakan lagu Gugur Bunga dan Innalilahi-nya Bimbo. Seolah mengingatkanku bahwa ajal bisa menjemputmu kapan saja. Ya, bila ada awards top hits akhir tahun, kurasa dua lagu tadi akan menjadi pemenangnya. Sedari kemarin Indonesia memang berkabung atas meninggalnya Presiden ke4 RI, Abdurrahman Wahid aka Gus Dur.

"Belom pulang?"
"Belum" aku menjawab singkat.
"Kok?"
"Kok??", aku bertanya balik.
"Ya, maksudku kok belum pulang?"
Pertanyaan yang membingungkan dan berulang-ulang, pemakaian kata yang tidak efektif.
"Ya emang belum waktuku pulang."
"Ow, sama donk."
"Ow gitu?"
"Iya, masih hujan."
"Itu bukan alasan sama denganku."
"Ya, at least aku masih belum pulang juga."
"Terserah deh."
"Uda makan?"
"Belum."
"Ow, sama donk."
"Oo..", aku tak banyak berkomentar.
"Tanya donk kenapa."
"Kenapa?" , jawabku sekenanya.
"Nungguin kamu biar bisa makan bareng."
"Oo..."
"Kamu nggak tahun baruan?"
"Enggak."
"Kenapa?", tanyanya
"Nggak penting."
"Masih lama?"
"Apanya?", tanyaku
"Kamu masih lama nggak di situ."
"Masih."
"Aku tungguin kamu deh."
"Nggak usah."
"Kenapa?"
"Ya nggak usah aja.", jawabku malas.
"Kok gitu?"
"Gitu gimana? Uda ya, aku off dulu."

Aku segera me-log out akunku. AKu tak mau terusik, dan kembali berkutat dengan dokumen. Tak terasa, kulihat jam sudah memasuki menit ke 31 dari angka 11. Sebentar lagi tanggal 31 akan habis. Aku berkemas. Membereskan semua barangku kedalam tas. Ya,seperti hatiku. Kali ini aku sedang menata hati. Terlebih jelang tahun yang akan berganti.

1 Message Received
Aku uda dibawah, kutunggu ya.

Ini akhir tahun, tapi aku justru akan memulai hal baru. Ya, dengan dia yang mengirimkan pesan singkat. Bukan dengan dia yang mengajakku chat.

***
31 Dec 2009, 7:49 pm
GaL


Aseli ini tulisan mello gue pas lagi bengong ngabisin tanggal 31 di kantor lantai 31!
Catatan ini bukan curcol ye...!! :)

Selamat berganti kalender temans!!!

*melirik kalender di meja kok masih 2009 ajah sih, mana kalender baru niiihhh??

Buru-buru Jelang Tahun Baru

DetikFoto-Kembang api di Monas

Semua orang rasanya menantikan tanggal 31 Desember yang merupakan tanggal terakhir di ujung tahun. Semua orang pasti sudah menyiapkan berbagai agenda untuk bisa merayakan pergantian tahun.

Saya bukan termasuk golongan orang yang mengistimewakan pergantian tahun. Singkatnya saya tidak pernah merayakan tahun baru.

Saya masih ingat, di akhir tahun 2007, saya justru dengan konyolnya sudah memegang tiket kereta Jogja-Jakarta dengan tanggal 31 Desember 2007 dengan jam kedatangan di stasiun Gambir sekitar pukul 18.30 WIB.

Mengapa saya katakan konyol? Karena saya tidak pernah merasa ada yang istimewa dengan tangal 31 Desember saya nggak membayangkan stasiun Gambir yang berdekatan dengan Monas akan menjadi lautan manusia.

Benar saja, ketika kereta sudah memasuki Bekasi, Kakak saya mengirimkan pesan singkat. Dia berkata ‘Kalau sudah sampai tunggu dulu aja, Mas soalnya uda nggak bisa parkir di Gambir, akses jalan ditutup.’
Waduh, di pikiran saya bertanya-tanya ada apa gerangan akses ke stasiun Gambir kok ditutup. Tak lama kereta memasuki stasiun Gambir dan menurunkan semua penumpangnya. Termasuk saya. Ow, ternyata kakak-kakak saya sudah ada di luar sana. Jadi saya tak repot membawa tas saya yang berat ini :)

Tumben, kakak saya tidak segera mengajak keluar stasiun. Tapi mereka membereskan bawaan saya dulu. Membagi tugas, siapa membawa tas yang mana. Ada apa sih pikirku? ‘Diluar orang rame banget, jadi kamu dek gandeng tanganku terus ya. Mobilnya parkir jauh banget.’ Hanya itu yang diucapkan.

Akhirnya kami bertiga berjalan meninggalkan Gambir. Benar, didepan gerbang gambir aku tercengang melihat banyak sekali orang yang berjalan kaki, dan semua menuju Monas.

‘Seumur-umur gue di Jakarta, baru kali ini nih, tanggal 31 malam ada diseputaran sini!’ Kakakku berkata demikian. Saya juga membatin yang sama. ‘ Betapa bodohnya aku memilih tanggal ini untuk datang ke Jakarta sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Lampung’.

Saya berjalan cepat menyesuaikan langkah kedua kakakku sambil menggandeng salah satu dari mereka. Kami berjalan melawan arus manusia! Semua orang bergerak menuju Monas, sedang kami bertiga berjalan berlawanan arah menuju belakang Kebon sirih dimana mobil kakak terparkir disana. Kami semua berjalan sedikit terburu-buru menghindari gerombolan orang ini semakin memadati jalan.

Syukur, tidak terjadi apa-apa, kami sampai juga di mobil. Meski rasanya masih deg-degan dan ngos-ngosan. Menerobos ribuan orang dengan arah berlawanan bukan hal yang mudah!

Saya  tak habis pikir orang-orang itu memiliki tujuan sama menuju Monas, menghabiskan waktu disana? Apa yang disajikan monas selain kembang api?

Ketakutan saya hanya satu, taman yang rusak dan sampah di monas paska malam tahun baru itu dan nanti.

Selamat menunggu pergantian tahun temans!

***
31 Dec 2009 10:08 am
GaL

Wednesday, December 30, 2009

(Gus Dur) Menunggu Sebelum Meninggal

Aku jadi ingat,
2002 Eyang sudah dirawat lama di Rumah Sakit. Kondisinya cukup kritis semua keluarga sudah ikhlas, tapi Ajal tak jua menjemput Eyang.

Papa memang belum hadir menjenguk Eyang karena berada di luar kota. Tak lama, akhirnya Papa datang di Rumah sakit. Eyang terlihat membaik dan menyenangkan untuk kita semua.

Tapi esoknya, aku justru menerima kabar duka, Eyang berpulang juga ke Rahmatullah.

Aku berduka, dan berpikir, Eyang hanya menunggu Papa sebelum beliau akhirnya meninggalkan kami semua.

Sore ini, berita terbaru adalah, Gus Dur mantan orang nomor 1 di RI juga menghadap ke Yang Maha Kuasa. Uniknya, hanya berselang sedikit dari dijenguk oleh SBY yang merupakan orang nomor 1 negara kita.

Well, mungkin Gus Dur juga hanya menunggu dijenguk oleh SBY sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan dunia ini.

Who knows?

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan & kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) (QS. Al Anbiya:35)

***
Inalillahi wa inailahi rojiun,
Mantan presiden Abdurrahman Wahid meninggal dunia pukul 18.45 WIB di RSCM.

Turut berduka cita atas meninggalnya beliau semoga diterima disisiNya. Amin

Lantai 31, 30 Des 2009 7:21 PM
GaL

Wah, Ini Soal Mobil Mewah

“Wah… itu mobil mewah ya?”

“Iya, namanya saja sudah jelas! Toyota Crown Royal Saloon! Sudah terlihat mewah bukan dari namanya?”

“Mmm… berapa ya harganya?”

“Menurut lo?”

“Wah, gue nggak tau pasaran mobil berapa…gue aja biasa naik mobil umum alias angkot! Taunya cuma tarif angkot!”

“Nih gue kasih tau.. Ini mobil keluaran terbaru! Harganya sangat fantastis, Rp 1,3 miliar cuy!”

“Hah???!!!”

“Nggak usah kaget..biasa aja donk…”

“Gimana gue nggak kaget!”

“Ini sudah jadi fasilitas untuk memotivasi pekerjaan para pejabat…”

“Iya kalau bekerja sebagus mobilnya? Kalau kebalikannya? Siapa yang mau bertanggung jawab?”

“Hehehhehe…gue nggak mau jawab ah.”

“Mmmm…buset!”

“Kenapa?”

“Nih, lihat hasil yang gue temuin dari gugling… Disini mengatakan bahwa pengadaan mobil tersebut melalui APBN-P 2009.”

“Terus?”

“Itu untuk 80 unitmobil cuy! Dan, beban pajak (PPnBM) yang harus ditanggung negara sekitar Rp 785 juta per mobil!! Bila di total, mencapai angka Rp 62,8 miliar!!” (**

“Hehehhehee…”

“Ketawa aja lo daritadi! Fakta lain menyebutkan angka pembelian satu unit mobil tadi bisa membiayai 2300 siswa! Weleh….”

“Hehehehe…”

“Ketawa ajah lo! Sekarang gue tanya nih, lo tau, Patung Dirgantara?”

“Mmmm, patung apa?”

“Patung Dirgantara, alias patung Pancoran!”

“Oo..iye..iye. Kenapa?”

“Lo tau, Soekarno menjual mobil pribadinya untuk membangun itu patung!”

“Oya?”

“Iya! Seorang pemimpin negara, sampai menjual asset pribadinya untuk sesuatu bagi negara!”

“Baru tau gue…”

“Sekarang gue tanya balik… Berapa patung yang bisa dibuat dari uang pembelian mobil mewah ini?”

***

Ini hanya tulilsan saya, yang kaget juga dengan apa yang dikeluarkan negara untuk fasilitas pejabat.

Semoga kinerja mereka semakin baik untuk negara..:)


30 Desember 2009, 12:28 pm

GaL

Sumber (**: www.depkeu.go.id

Inspired by Twitternya Alvin-The Hermes:
Soekarno menjual mobil pribadinya untuk membangun Patung Dirgantara. Itu mobil2 pejabat yg baru dibeli, bisa bikin berapa patung ? --'
about 20 hours ago from UberTwitter

Tuesday, December 29, 2009

Sedang Sidang



Ruangan sudah penuh dengan orang. Diluar ruangan juga demikian. Aku bahkan sudah sedari tadi jauh sebelum orang-orang ini memasuki ruangan dan mengambil posisi sesuai dengan porsinya. Aku memilih diam saja di atas sini memandangi orang-orang tersebut.



Teriakan riuh rendah terdengar dihalaman parkir gedung ini. Semua meneriakkan keadilan untuk ditegakkan. Berbagai unsur ada diluar sana, kebanyakan mereka membawa spanduk dan tulisan sebagai aksi peduli mereka terhadap keadilan. Mungkin di pintu ruangan sebaiknya ditulis 'Jangan berisik, SEDANG SIDANG!'.



Ruangan ini penuh dengan bangku. Dan sederet meja berbentuk angkare. Dan tak lupa warna hijau kudeskripsikan disini, ya, ini adalah ruangan pengadilan. Didepan aku sudah ada Hakim. Disamping sana lengkap menduduki tempatnya. Ada pembela, penuntut, terdakwa, saksi, pengacara. Rekan-rekan wartawan bahkan juga sudah sedari tadi berada di lingkungan pengadilan negeri ini.


Sidang hari ini memang menarik. Semua masyarakat Indonesia tampaknya menanti hari ini. Aku sendiri resah berada di dalam sini. Menanti apa putusan di akhir sidang? Apa sidang berjalan lama?


Beberapa waktu yang lalu rakyat saja sudah sangat sumringah membantu Ibu ini dengan koin. Masak iya putusan hari ini memberatkan dia? Aku disini karena memang sudah menjadi tugasku berada disini.



Sidang sudah dimulai sedari tadi, aku menyimak setiap pembacaan yang dilakukan semua orang yang berkepentingan disini. Ibu ini adalah terdakwa kasus penyebaran dokumen elektronik yang bermuatan penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap dua dokter dan RS Omni.

Menurut jaksa, pengiriman surat elektronik ke 20 alamat email teman Prita, merupakan bukti pelanggaran Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat 1 UU Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE dan pencemaran nama baik.

Prita dituntut bersalah dan harus membayar ganti rugi material dan immaterial kepada pihak penggugat I, II, dan III senilai Rp 204 juta. Aku sangat resah menyimak semua kalimat-kalimat diatas. Tak sabar menanti putusan....


Akhirnya tiba juga saatnya, Majelis hakim bersuara lantang "Mengadili, menyatakan terdakwa Prita Mulyasari tidak terbukti melakukan tindak pidana pencemaran nama baik,"

Dan aku pun diketukkan sebanyak tiga kali sebagai tanda putusan dari hakim. Akhirnya tugasku selesai juga sebagai palu sidang kali ini .

Mungkin bila keputusannya bukan divonis bebas, aku memilih bersembunyi atau lari saja,  agar Hakim tidak dapat mensahkan keputusannya karena kehilangan palu sidangnya.

***
Selamat untuk keadilan di Indonesia :)
29 Dec 2009
1:03 pm

Monday, December 28, 2009

Kisah Nyata Bikin Emosi



“Halo, selamat siang. Dengan Mbak Wati ya?”
“Iya,..”
“Saya dari fifa news”
“Mana mbak?”
“FIFA NEWS, mbak..”
“Apa mbak? “
“FIFA NEWS, Fanta- India- Fanta-Alpha News mbak…”
“Fanta?”
“Mmm.. bukan mbak bukan Fanta. Mmm saya dari Fe- I- Fe- A , mbak.. FIFA. FIFA news!”
“Owww… pipanyus???”
“Errrrggghhh”
***
“Nanti datanya bisa dikirimkan fax kantor kami ya mbak.Nomernya di…”
“Eh bentar mbak bentar….Fax?”
“Iya, facsmile…”
“Oo.. bentar mbak saya ambil pulpen dulu.”
“Baik, saya tunggu”
“Sudah mbak.”
“Oke, dicatat ya, nanti datanya dikirim ke nomer 555-666.”
“Ow, jadi nanti di amplopnya ditulis Kepada YTH langsung nomer tadi ya mbak?”
“Errrrggghhh…”
****
“Mbak untuk restoran ini ada alamat email yang aktif?”
“Email?”
“Iya untuk saya bisa kirimkan penawarannya lewat email saja.”
“Sebentar ya mbak…”
“Baik..”
“Mmm.. ada nih mbak tulisan di brosurnya , emailnya di:www.makanenak.com”
“Errrrrrrrghhh”

***
Ini kisah nyata.
Ternyata memang tidak semua orang sudah mengerti dengan istilah-istilah tersebut diatas, Padahal justru sebagian besar kita menggunakannya dalam kesibukan sehari-hari.
Lucu-lucu miris…

28 Dec 2009
GaL

The Asia-Pacific Climate Change Video Contest - ADB.org

The Asia-Pacific Climate Change Video Contest - ADB.org

Vote for me and my friends video...'Go Paperless Go Green'
Caranya gampang tinggal buka link dibawah ini

Video Go Paperless Go Green di Youtube

Dan klik rate untuk Vote!

Kompetisi video ini diselenggarakan oleh Asia Development Bank dengan tittle 'The Asia Pasific Video Competition Climate Change'
Temanya: My View- The Asia Pasific Video Competition Climate Change

Dukung Edli dan Galuh!! :)
Thx u

Friday, December 25, 2009

Makan Malam Bersama 24 Desember


Ini malam tanggal 24 Desember 2009. Jakarta sedikit basah karena hujan tadi sore. Malam ini aku menembus jalan raya Jakarta menuju daerah Mampang. Tempat kediaman rumah mertua kakakku.

Menurut tanggalan 2009, besok adalah tanggal merah dan tertulis sebagai Hari Raya Natal 2009. Tak heran jika semua gereja yang aku lewati malam ini parkirannya dipenuhi oleh kendaraan jamaahnya. Ya, karena malam ini mereka melakukan Misa.

Tujuanku bergerak kedaerah Mampang kali ini adalah memenuhi undangan makan malam keluarga besar kakak iparku di malam Natal. Ini kali kedua aku memenuhi undangan yang sama, begitu juga di tahun lalu.

Aku hanya membutuhkan waktu kurang dari 60 menit untuk tiba di Mampang. Lalu lintas malam ini tidak padat seperti hari biasa. Rumah yang bersahaja ini tetap sama setiap aku berkunjung, nyaman dan asri.

Acara rutin keluarga ini dikala malam Natal adalah berkumpul, berdoa, bersantap malam bersama, dan dilanjutkan acara buka kado. Dibawah pohon natal yang terpajang di ruang tengah sudah berserak banyak kado dengan bungkusan berwarna warni dan beraneka bentuk.

Doa yang terpanjat sebelum menyantap hidangan dipimpin oleh adik ipar dari kakak iparku. Aku sudah terbiasa mendengar setiap kalimat doa yang mereka ucapkan tulus dari hati itu. Aku hampir tahu urutan doa mereka. Ya, karena aku memang besar di keluarga besar yang heterogen keyakinannya. Setelah kata Amin, maka dimulailah santap malam.

Usai puas dengan hidangan, saat yang sangat ditunggu, khususnya oleh keponakanku adalah acara buka kado. Aku yakin tahun ini dia akan mendapat lebih banyak dari anggota keluarga lain. Karena dia adalah pusat perhatian kami semua. Bahkan ayahku di Jogja mengamanahkanku untuk menyiapkan sebuah kado untuk keponakanku yang baru berumur 3,5 tahun ini.

Dimulailah acara puncak makan malam kali ini. Satu persatu kado dibuka dan diberikan. Tawa bahagia menghiasi ruang tengah. Tak satupun raut sedih kudapati disini. Aku sendiri tertawa bahagia menyaksikan semua orang mendapat kado dan mengucapkan terimakasih.

Aku mendapat kado apa? Oh, tidak, aku kan tidak merayakannya. Aku berada disini karena aku adalah bagian dari keluarga besar ini. Kami hidup berdampingan dan menghargai. Kebersamaan tiada tara dalam tawa, mungkin itu kado terindah untuk malam ini. Makan malam bersama di tanggal 24 Desember.

***

Catatan dini hari 25 Desember 2009, 1:02 am.
GaL

Wednesday, December 23, 2009

Sampah



"Pulang bang?" aku menyapa Bang Alim, seorang pendatang dari Jawa yang sudah cukup lama tinggal di kampung ini.
"Iya, mari" Dia menjawab sambil mengangguk ramah.
"Kerja dimane sih Bang!". Aku berteriak.
"Proyek di Kali Baru situ. Mari, saya duluan ."
"Oooo...iye iye.. kagak ngopi dulu?"
Dia menggeleng dan berlalu.

*
"Ow, jadi itu proyeknya pemerintah ye?" tanyaku.
"Iya bang. Di kali itu, sudah dua minggu ini." Dia meneguk kopinya sampai habis.
"O.. ya ya ya.. lumayan pan ye, ada kerjaan situ."
"Iya bang. Mari ya, saya duluan."

*
"Mari bang Somat..."
"Eh, iye iye... silahkan bang.. baru pulang ye?" Aku seperti biasa menyapa Alim yang baru pulang kerja setiap senja.
"Iya..."

*
Ini sudah senja, biasanya Alim sudah pulang. Atau mampir minum kopi di warungku. Tapi kemana dia? Apa karena hujan dia terjebak macet? Atau?

Aku membesarkan volume TV warung saat mendengar siaran langsung breaking news, menyimak berita terbaru yang disampaiakan penyiar.

Empat pekerja pembersih gorong-gorong tewas di Kali Baru, Gunung Antang, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Diduga tewas kekurangan oksigen dan terjebak dalam genangan air.

Layar kaca menampilkan 4 nama orang tewas, dan salah satunya nama Alim disana.

***

Mengenaskan. Mengapa kukatakan mengenaskan pada catatan kaki kali ini. 4 Pekerja tewas ini sedang melakukan tugas membersihkan saluran air , gorong-gorong. Membersihkan disini termasuk menyingkirkan smapah-sampah yang menyumbat.

Indonesia, selalu melihat peluang apapun sebagai mata pencaharian. Ya, termasuk kuli pembersih gorong-gorong.

Seandainya tidak ada orang yang buang sampah sembarangan, pasti tidak akan ada sampah yang berserakan dan menyumbat di dalam gorong-gorong.

Itu artinya tidak harus ada sampah yang dibersihkan oleh orang dengan profesi pekerjaan sebagai pembersih gorong-gorong.

Semoga tidak ada lagi kelalaian manusia yang menjadi faktor pemicu berita buruk. Mulai dari diri sendiri, dari sekarang dan dari hal kecil :)


Tuesday, December 22, 2009

I Know HTML







"Asap ye!"

"ASAP?" Lelaki ini mengernyitkan dahi tanda tak mengerti

"Iya...ASAP"

"Nggak ngerti gue" Nah benar kan ia tidak tahu apa yang aku bicarakan. Aku semakin kesal.

"Errr..., ASAP is As Soon As Posible!"

"Ow iya, gue lupa aja tadi makanya nanya." Alasan konyol , aku mengejek dalam hatiku.

"Eh, satu lagi... FYI...ini tadi warnanya uda disesuain lagi ma bagian desainer."

"FYI?" Laki-laki ini bertanya balik.

"Err... maksud gue, For Your Info..."

"Ow, iye gue ngerti." Mukanya lagi-lagi menandakan keSOK TAHUan tingkat tinggi.

"Eh," Tiba-tiba dia kembali menegur

"Yep?"

"Bagian ini agak gue revisi ye..." Dia menjelaskan.

"mmm..., IC IC.."

"Kok IC? gue revisi!" Dia menjelaskan lagi.

"Aiiiiii Siiiiiiiii!!! Iye gue tau maksud gue gitu!!!" Gue mulai naik pitam

Aku bergegas meninggalkannya. Tapi tertahan. Dan berbalik, ada satu hal yang lupa kusampaikan.

"Ntar kasih lihat gue ya HTMLnya gimana."

Dia mengangguk.

"Lo tau kan HTML? Jangan nanya lagi ya, secara lo anak IT masak ga tau HTML!"

"I know HTML !! how to meet ladies rite?"

***
Foot Note
HTML: Hyper Text Markup Language
Bahasa pengkodeaan untuk menghasilkan dokumen-dokumen hypertext untuk digunakan di World Wide Web.
HTML terlihat seperti bahasa pengkodean lama, yang di awali dan diakhiri dengan kode-kode html dimana menunjukkan bagaimana keluarannya pada saat di jalankan pada sebuah web browser.


Posted FB: Wednesday, December 9, 2009 at 1:04pm


Ayah di hari Ibu



Boneka ini berbentuk perempuan dengan rambut kuning dari woll. Badannya keseluruhan sangat empuk berisi kapuk. Boneka ini mengenakan baju ungu polkadot kecil-kecil.

Entah aku tak pernah memberi nama padanya. Yang kuingat persis ini adalah hadiah dari Ayah saat pulang dari bertugas di luar kota. Tak ada yang istimewa dari boneka itu, tapi menjadi istimewa karena Ayah membelikannya untukku.

Aku sedang kangen pada Ayah. Ini hari ibu, tapi aku ingin memberi sesuatu pada Ayah. Tapi aku selalu tidak memiliki ide cemerlang untuk memberinya sesuatu yang berkesan.

Sama sekali aku tak punya bayangan apa-apa. Kuambil secarik kertas, dan aku hanya ingin menulis.

Ayah,
Ayah aku sayang ayah.
Aku hanya menyimpan ingatanku tentang yang pernah kita lalui. Mungkin tak urut, ini hanya spontan.

Aku ingat dari kecil sudah mengenal komputer, dan belajar bersama ayah untuk angka desimal atau peta buta di komputer yang masih menggunakan disket besar itu.

Aku ingat waktu aku balita ayah yang menarik sepeda roda tigaku, sementara aku duduk dengan tenang diatasnya dan berjalan-jalan keliling kompleks. Iya, aku menaiki sepeda. Ow, dan aku terjerembab di got besar bukan?

Aku ingat ketakutan setengah mati saat Ulangan matematikaku di bangku kelas 3 SD mendapatkan angka 3. Tapi ayah tak sedikitpun marah padaku. Dan akhirnya aku berhasil ranking 3 di Cawu itu.

Aku ingat sangat senang berenang dan ditemani ayah yang menjagaku duduk di gazebo pinggir kolam renang.

Aku ingat ayah mengantarkanku sekolah mulai dari aku TK hingga SMA. Tidak selalu, tapi aku sangat senang bila diantar ayah.

Aku ingat pernah menulis tentang Ayah ketika duduk di bangku 1 SMA.

Aku ingat ayah menungguiku di depan rumah saat aku pulang tengah malam. Ayah hanya diam. Begitu juga aku.

Aku ingat kita suka bernyanyi-nyanyi karaoke dirumah sendiri. Dengan lagu kesukaan ayah, My Way.

Aku ingat suka membandel meminum teh ayah yang disiapkan ibu di cangkir besar.

Ah terlalu banyak dan aku tak sanggup menulisnya.

Ayah,
Aku berdoa dan memohon selalu padaNya. Ayah selalu diberi kesehatan.
Aku ingin Ayah bisa mengantarkanku ke masa aku melepas masa lajangku.
Aku berharap ayah sempat menikahkanku.

Aku sayang ayah.


Ur daughter

***
22 Dec 2009

Seperti janjiku setelah nonton Sang Pemimpi, aku janji nulis tentang Ayah di hari Ibu.
Selamat hari Ibu Ayah...:)

Kalau notes tentang Ibu sudah aku posting beberapa hari lalu SMS Ibu

Monday, December 21, 2009

Las Spesial



Hari sudah sedikit panas. Matahari mulai meninggi. Ruangan kerjaku begini adanya. Tertutup diatasnya, namun banyak terbuka nyaris tanpa dinding. Ruangan penuh dengan tumpukan besi-besi baik plat, pipa maupun poros. Baik yang siap disambung maupun yang potong.

Bacalah papan di depan, BENGKEL SPESIAL LAS KARBIT MAMAT . Tapi namaku bukan Mamat. Dia adalah si bos, yang sedang duduk di dalam sana. Setia dengan rokoknya dan juga kopiahnya. Seorang betawi yang sukses memiliki bengkel las terbesar di kampung ini.

Dibelakangku terdapat dua buah tabung besar , masing-masing berisi Oksigen dan Assetilen lengkap dengan regulatornya. Aku memulai pekerjaanku. Menyambung potongan-potongan besi ini.

"Pri! Yang no, buruan lo selesein! Yang punya ude bawel aje!"
Abah Mamat berteriak dari kejauhan mengawasiku. Aku mengangguk sambil meneruskan pekerjaanku.

Aku jarang sekali bersenda gurau dengan teman-teman lain atau menanggapi hal-hal yang tidak penting dikala aku bekerja. Aku berkonsentrasi penuh untuk pekerjaan aku. Oleh karenanya Abah Mamat sangat senang dengan hasil pekerjaanku yang rapi.

Hanya ada dua hal yang menghentikan pekerjaanku. Suara adzan dan Jamila. Ya, Jamila. Anak bungsu Abah Mamat yang baru saja menyelesaikan sekolah menegahnya setahun yang lalu. Seperti saat ini. aku menghentikan pekerjaan lasku saat Jamila di depanku.

"Bang, ini kopinya." Dia berkata ramah seperti biasa, tertunduk sambil meletakkan segelas kopi hitam didekatku. Aku tak pernah menjawab. Begitu juga kali ini. Aku hanya mengangguk, menatapnya meski aku tak melihat matanya secara langsung.

Ada yang lain, meski tertunduk, biasanya kutemui sebuah senyuman di wajahnya. Kali ini tidak. Wajahnya begitu datar, dingin. Ada apa dengan Jamila.

"Pri, die baru bersedih tuh!"
Aku terkejut tiba-tiba Rohman sudah disampingku seolah bisa membaca pikiranku.
"Yee.. lo mah bengong aje! Kasian tu bocah, ude mo dinikahin ma babenya. Tapi bukan ama demenannye."
Aku masih memandang jamila yang berjalan menjauh dan merekam perkataan Rohman.
"Trus..yang ade demenannye kepergok jalan ama bininya orang kemaren! Makanye Jamila mukenye jadi begitu hari ni!"
Aku tak juga melepaskan pandanganku ke Jamila yang berjalan membelakangiku.
"Kasian ye Pri! Cakep-cakep gitu..diboongin. Padahal dia ude cinta mati ma tu laki. Akhirnye sekarang mau kagak mau die kudu nurut ama babenye!"

Aku meletakkan kacamata lasku, dan berjalan meninggalkan Rohman yang masih meracau tentang Jamila. Aku berjalan menghampiri Jamila yang sedang terduduk di kursi, sendiri, dan merenung. Dia tampak tak sadar aku sedang mendekatinya. Sampai aku duduk persis disampingnya.

"Eh, abang."
Aku tersenyum. Untuk pertama kali aku melihat bola matanya jelas didepanku. Jamila belum juga tersenyum. Aku masih diam. Aku hanya ingin menghiburnya atau ingin menjadi pahlawannya? Atau apa?

"Abang nggak lihat senyum lo hari ini." akhirnya aku berbicara.
Dia menunduk. Hening, tak ada satupun dari kami yang meneruskan pembicaraan. Aku menunggu jawabnya. Lama Jamila tertunduk. Tak juga bersuara.

Tiba-tiba dia menghela nafas panjang dan berkata, "Aye patah hati bang."

"Lo tau nggak macem api yang gue pake buat ngelas?"
Dia menggeleng cepat dengan raut heran.

"Ade tiga macem." aku melanjutkan tak mempedulikan raut wajahnya yang bertanya-tanya dengan responku terhadap jawaban patah hatinya.

"Yang pertama, nyala api netral warnanye kuning. Kedua, nyala api yang oksigennye banyak warnanye ungu. Yang terakhir ni, nyala api yang asetilennye lebih banyakan, warnanye biru."
Jamila terlihat semakin tak mengerti arah pembicaraanku.

"Sekarang lo pilih, lo mau yang warna ape?"

"Buat ape?" tanyanya bingung

"Gue mau ngelas hati lo yang patah, biar utuh lagi."



***

Anjr*t gue ketularan gombalnya ikal!!
Terinspirasi tukang las deket rumah dan jembatan penyebrangan benhil yang sibuk ngelas saban hari!

Sunday, December 20, 2009

avatar

21 Plaza Semanggi , Studio 3 jam 18.30 wib
A V A T A R


Akhirnya kesampaian nonton lagi, dua hari berturut-turut aku menonton film.
Untuk yang satu ini, sudah masuk list wajib tonton juga. Sejak lihat trailernya di Blitz GI waktu aku dan teman-teman nunggu film JIFFEST.

Sekali lagi, saya bukan orang yang rajin buat review movie. Karena buat aku film itu pasti menarik semua. Malah lebih sering berpikir, seperti apa ya kerja di balik layarnya. Kok bisa ya directornya buat film seperti ini? Malah banyak pertanyaan yang aneh-aneh muncul dikepala tapi tetap menikmati film.

Sama seperti malam ini, saat menonton Avatar. Kok bisa sih punya ide buat film kaya gini? :)
Kisah manusia yang memiliki keterbatasan secara fisik (Jake), seperti menemukan hidup baru saat harus bertugas menggantikan saudara kembarnya yang sudah mati sebagai jiwa yang mengisi avatar. Mereka memiliki misi di Pandora, dan manusia disebut 'orang langit'  disini.

Ternyata Jake bukan hanya seperti menemukan hidup baru dengan fisik avatar, tapi juga cinta kepada Neytiri. Sudah bisa ditebak, ternyata kebersamaannya di suku Na'vi membuat Jake akhirnya memutuskan untuk berkhianat dari program avatar negara dan menyelematkan suku Na'vi dan berakhir meninggalkan raganya untuk menjadi the real Na'vi.

Pembelajaran dan kenyamanan terhadap sesuatu bisa membuat pendirian kita berubah haluan ya? Tapi tetap yang benar terlihat benar, dan akhirnya manusia memang harus mengikuti kata hatinya. :)

Pesan moral versi saya kurang lebih seperti itu. Oya, aku tidak menonton yang versi 3D, melainkan 5D. Believe it or not? Kata teman saya 5D adalah, Duduk Di Depan Dangak Dua jam... :). Ya aku duduk di deret paling depan. Tapi terbayar kelelahan leher ini dengan semua yang disajikan di film ini.

Seperti status FB-ku malam ini:

Galuh Parantri Pramono After watching Avatar,one word is AWESOME. 2 hours ago

Saturday, December 19, 2009

Kebersamaan

Kebersamaan,

adalah satu kata yang nggak pernah luntur di ingatan aku bila dihadapkan dengan kata Marching Band UII.
Tempat yang mengenalkan aku lebih dalam dan memaknai setiap sisi sebagai suatu kebersamaan.

Masih ingat sekali perjalanan yang aku lewati mulai dari mengenal hingga kini.

Saat itu aku datang dengan ego-ku. Berjabat tangan dengan MBUII.
Aku adalah orang yang sudah tau apa itu Marching band. Dan aku bertemu dengan mereka yang sama sekali tidak tahu apa itu marching band. Aku bosan berada di proses pendidikan dasar yang hanya mengulang-ngulang LBB. Aku bosan hanya memegang tongkat bambu yang disimbolkan sebagai alat.

Kapan aku bisa mulai display dengan kakak-kakak itu? Kapan aku bisa memegang alat color guardku? Kapan aku bisa menari-nari dengan lagu?

Tapi kebosanan aku terkikis seketika. Karena aku mendapatkan sesuatu.  Ternyata aku tidak bisa masuk bila aku masih membawa egoisku. Ya, aku harus menekan rasa ke-AKUan-ku dengan sabar.

Dalam perjalanan belajar menurunkan derajat egoisku, ternyata aku masih harus menekan terus ke AKUanku dengan stabil.

Apel tidak akan dimulai bila kami tidak lengkap jumlahnya dengan keterangan yang jelas. Makan tidak akan dimulai bila masih ada temanku yang berdiri tidak duduk dalam lingkaran ini. Sholat berjamaah tidak akan dimulai bila masih ada temanku yang berbincang dan belum masuk dalam shaf.

Semua penundaan dengan alasan semua harus dilakukan bersama-sama. Konsekuensinya, dari penundaan, jam latihan akan ditambah, akibat kelalaian kami.

Itu semua berlaku dan berlalu, semua masa di MBUII terlewati dengan kebersamaan. Bukan hanya dilapangan tapi juga dikeseharian.

Persiapan kejuaraan lebih memeras rasa egoku. Bahkan Rasa ego ini sudah hampir hilang. Kami berpanas bersama, merasa kelelahan bersama, push up satu push up semua, tidak ada yang menonjol, semua sama.

Ibarat menanam, kini saatnya memetik. Setelah ego itu tiada, indahnya kebersamaan terasa, dan mendominasi.

Sekarang aku tahu mengapa aku harus meNOLbesarkan rasa egoku.
Untuk alasan kebersamaan.

Kebersamaan akan membawa kita pada titik keberhasilan.

Menjabat tangan MBUII bukan hanya sekedar menjabatnya begitu saja, tetapi menggenggamnya erat, sampai kapanpun.


***
Catatan kala mendengar cerita kebersamaan sedang diuji
H-6 menuju GPMB 2009 for my lovely MBUII

Saat aku menyadari ketiadaanku

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.

Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

(QS Al Baqoroh 186 )

Saat aku menyadari ketiadaanku atasNya

25 November 2009

Adilkah Ini Untukku

Adilkah ini Untukku
by: di3va


aku memilih dia
bukan karena cinta padanya
aku memilih dia
hanya karena kau tinggalkan aku

kau tinggalkan aku
di sini sendiri
aku memilih dia

sejak kau khianatiku
dunia seolah akan runtuh
dengan memilih dia
aku mencoba untuk lupakanmu

tuk melupakanmu
yang menyakitiku
aku memilih dia

reff:
adilkah ini untukku
atau cukup adilkah ini untuknya
dia yang selama ini mencintaiku
dengan tulus dan sepenuh hatinya

dosakah kini diriku
yang tak pernah membalas arti cintanya
karna cinta sejatiku telah menghilang
telah habis terbawa olehmu

dengan memilih dia
aku mencoba untuk lupakanmu
tuk melupakanmu
yang menyakitiku
aku memilih dia

repeat reff

oh adilkah
dosakah kini diriku
yang tak pernah membalas arti cintanya
karna cinta sejatiku menghilang
telah habis terbawa olehmu
terbawa olehmu

aku memilih dia
aku memilih dia
aku memilih dia

***
Baru membaca dengan seksama liriknya gara-gara paket MBUII buat GPMB tahun ini ...
Yes, i love this song. Touchy me very much,  indeed!


DI3VA, Adilkah ini Untukku Download Klik disini

Mau Mimpi Indah ( t i t i k )



"Kenapa kamu lagi sih yang datang?"

"Kok kamu marah-marah?"

"Ya kenapa kamu lagi yang datang!"

"Jangan membentak aku!"

"Kamu bikin aku emosi! jangan datang lagi!"

"Aku juga tidak minta untuk ditugaskan datang kemari. apalagi menemuimu yang berulang kali menolak kedatanganku."

"Pergi!!"

"Hey, sudah kubilang, jangan membentakku!"

"Aku bilang pergi!! Aku nggak mau kamu yang datang!"

"Jangan minta padaku! Tanya saja padaNya dan Mohon padaNya..."

Aku memalingkan pandanganku kepadaNya
"Tuhan, mengapa dia datang terus padaku? Aku tak mau Tuhan!!!"

"Aku mohon Tuhan!"
Aku meneruskan pintaku.

"Tuhan...aku tidak mau didatangi dia...dia bukan yang aku harapakan Tuhan..."
Aku meneruskan kalimatku

"Aku mohon...Tuhan, aku mohon..."
Aku semakin memelas hampir frustasi karena Tuhan tak jua menjawabku.

Tuhan menjawab,
"Bila kau tak ingin mimpi buruk terus datang disetiap tidurmu, jangan lupa berdoa, menyebut namaKu, sebelum kau terlelap dan menjemput mimpi. Niscaya mimpi indah yang akan menghampirimu."

"Bismika allahumma ahya wa bismika amuut"
Aku berdoa, aku mau mimpi indah Tuhan.

**
Nite friends... :)
19 Dec 2009
1:36 am

Friday, December 18, 2009

Ayah-Sang Pemimpi


"Akhirnya...."
Itu kata yang terucap pertama kali saat tiket Platinum XXI Sang Pemimpi sudah ditangan. Ya, akhirnya bukan hanya mimpi ingin nonton Sang Pemimpi.

Aku bukan seorang yang rajin menulis review film seperti Asiah, teman saya di The Hermes (and her Dude...;) ), tapi kali ini hanya ingin berbagi sedikit cerita. Cerita di hari yang tertulis 1 Muharam 1431 H dan berwarna merah di kalender.

Ini long weekend, 3 hari libur kerja (seharusnya) tapi tetap ada tugas yang harus dikerjakan. Akhirnya aku tidak ikut serta dengan keluarga Kakak-kakakku ke Bandung. (menyedihkan).

Maka, ketika seorang sahabat (sepasang suami istri yang pengantin baru) mengajakku untuk nonton dengan senang hati kusanggupi. Aku butuh hiburan :). Jadilah pukul 19.15 wib kami bertiga duduk di Studio 1 Platinum XXI FX Plaza.

::Sang Pemimpi::

Keinginan menonton sudah ada sejak berita film ini ramai diperbincangkan menjadi opening Film di JIFFEST tempo hari. Ditambah review Chiko, temen The Hermes, yang berkesempatan mendapat undangan untuk hadir di opening film JIFFEST.

Ada banyak alasan plus-plus untuk menyempatkan menonton hari ini. Aku suka dengan film garapan Riri Riza, ditambah  ada nama Mira Lesmana. Ketakutan akan sajian film yang berbau sinetron pasti tak akan ada.. :) (berbeda kan kalau produsernya India bersaudara? ) Ditambah lagi tiga buku serial tetralogi karangan Andrea Hirata sudah saya baca. Dan film pertamanya, Laskar Pelangi juga saya tonton.

Banyak pesan moral yang saya dapat disini. Harapan, cinta, cita-cita, kebersamaan, kerja keras, penghargaan, pengertian, pencapaian. Wah banyak lah. Quotes yang dilontarkan siswa dalam adegan belajar di kelas juga menarik. Terutama....'Masa muda masa yang berapi-api- Rhoma Irama' , itu satu quotes yang mengocok perut.

Selain pengulangan kata mimpi yang mungkin ditotal bisa mencapai puluhan kali, yang sangat aku garisbawahi 'Ayah Juara Satu Seluruh Dunia'. Mungkin realita kehidupan tak semuanya  menyajikan sosok Ayah yang sama dengan ayahnya Ikal di film ini. Tapi kita tetap terlahir dari Ayah dan Ibu bukan?

Aku berjanji akan menulis tentang Ayah di Hari Ibu esok.

SMS Ibu

Dek, Pulang!

Singkat saja bunyi sms ini. Menyesal kadang sudah punya handphone, Ibu bisa mengingatkanku setiap saat. Bukan untuk mengingatkanku agar tak lupa makan, tapi mengingatkanku akan waktu.

"Pak, ijin, aku duluan ya."
"Uda disms Ibu ya?" tanya pak Ketua.
Aku mengangguk.
"Dikit lagi nih rapat kita, tinggal masuk ke Intern bagian TMB soal progres lapangan."
Pak Sekum meminta aku tinggal sebentar lagi. Dan seperti biasa, aku mengabaikan sms Ibu, memilih kembali duduk dan berpendapat dalam rapat.

*
"Kenapa aku nggak boleh pulang malam?!!"
"Rapat itu ada ukurannya lah dek. Ngomongin apa ajah sih di MB kok ampe tengah malam??"
"Ya pasti ada yang dibahas lah bu! Nggak mungkin aku keluyuran malam kemana-mana, wong aku cuma di sekret!"
"Bilang sama ketuamu itu, mas sopo? Ridwan? Rapat itu yang to the point saja!"
"Ibu tu nggak ngerti!"
"Ibu ini dulunya juga pernah mahasiswa kaya kowe. Tapi ya nggak sampai larut malam kaya gini!"
"Oya ibu mudanya juga aktivis tho? Jadi jangan salahkan kalo aku sekarang pulang malam karena rapat!"

Ibu seorang aktivis mulai dari mudanya hingga saat ini. Termasuk orang yang sangat dekat dengan organisasi apapun ditempat dia tinggal. Tak heran, aku suka berdebat. Berdebat dengan Ibuku sendiri. Ini bakat yang diturunkan beliau.

*
Baru saja kuletakkan perlatan Color guardku kedalam gudang alat. Lalu aku memilih menghela nafas terduduk di depan sekret. Mengipas-ngipas diri dengan lembaran chart display yang hampir koyak. Kuambil handphone dari dalam tasku. Yak, pesan dari Ibu sudah masuk.

Dek, selesai latihan pulang!

Kesal! Agenda malam ini rapat pembahasan terakhir untuk keberangkatan GPMB. Bagaimana aku tidak hadir? Ibu mengapa tidak mengerti sekali saja sih?!

Ada rapat Bu. Ini penting. Aku pulang malam.

Tidak ada balasan, kupilih mematikan handphone. Aku tak mau mood rapatku terusik oleh teror Ibu yang menyuruhku segera tiba dirumah.

"Rapatttt!!! Lantai 3 yeee!!"
Suara teriakan sang Sekum sudah membahana di sudut lorong sekret MBUII.

*
"Bu, aku pergi."
Aku menjabat dan mencium tangan ibu dan berlalu.
"Kebiasaan..."
Aku terhenti di depan pintu garasi sebelum mengeluarkan motorku.
"Apa bu?"
"Kalau pamitan itu yang jelas, kamu sampai jam berapa?"
Kubenarkan posisi tasku yang cukup besar dengan tabung kertas kalkir didalamnya.
"Aku ini kuliah Stupa, sampe jam 12. Trus ada kuliah lagi, sampe jam 3. Langsung ke pusat, latihan."
"Langsung ono rapat meneh?"
"Iya selesai latihan, ada rapat persiapan TC besar."
"Kapan tho mau ke Jakartanya?"
"24 Malam bu."
"TC itu kapan?"
"Tinggal dua minggu lagi."
Ibu terdiam. Mungkin sedang mengkalkulasi tanggalan di pikirannya. Aku men-starter motorku dan mengucap salam "Assalamualaikum!"

*
Kubuka pintu garasi dengan perlahan. Ini sudah jam 1 dini hari. Sedikit mengendap aku memasukkan motorku kedalam garasi. GPMB semakin dekat, intensitas pulang malamku semakin tinggi. Selesai latihan dilanjutkan rapat. Begitu keseharianku. Berangkat pagi, menuju kampus terpadu, ujian- ya ini sudah memasuki minggu ujian akhir semester, lalu turun ke kampus pusat untuk latihan MB, dan rapat setelahnya.

Nampaknya Ibu sudah tidur. AKu berjalan menuju kamar. Meletakkan tasku yang selalu penuh. Waktunya berbersih diri dan melanjutkan tugas yang harus selesai malam ini.

*
"Belum tidur dek?"
Aku sempat kaget mendengar suara ibu dari pintu kamarku.
"Uda lama bu disitu?"
"Kamu itu ditanya malah nanya balik."
"Belom, ini masih nyelesein maket..."
"Kamu nggak pegel duduk dibawah situ? Mbok ya ngerjain diatas meja makan."
"Tanggung bu. Uda ribet disini. Dikit lagi selesai kok."
"Jangan ngeluh sakit pinggang ma punggung besok."
Aku menghela nafas. Ibu perhatian, tapi cara menyampaikannya membuat aku emosi. Selalu.
"Iyo, ora... Uda tho, Ibu tho, ibu tidur saja... Aku sebentar lagi juga tidur kok."
"Kamu mau teh anget?"
Aku hanya mengangguk. Kami seringkali berkomunikasi secara dingin. Iya aku dan Ibuku, memiliki sifat yang kurang lebih sama.

*
"8 hitungan kamu uda sampai disana! Gerakannya yang gini nih!!!"
Aku sedikit kehilangan kesabaran mengajari temanku ini.
"Ooo ya.. jadi, tu wa ga pat....terus?"
Dia terhenti ditengah melupakan gerakannya
"ma nam ju pan..." aku melanjutkan dan memberi tahu gerakan selanjutnya
"Oyaa ya ya ma... nam.. ju ...n pan!" Dia mengulanginya dengan tempo lebih lambat.

Malam semakin larut. Tapi mata ini tak jua mengantuk. Lapangan masih penuh. Timku sudah siap untuk ada di Istora senayan akhir minggu depan. Tak ada lagi alasan lupa gerakan atau not. Ya, kami siap berjuang di Istora untuk GPMB tahun ini.

Siap Grak!
Field comander mengomando , dan memberi tanda untuk bersiap satu paket penampilan dari awal hingga akhir. Ini malam terakhir TC, besok akan pentas pamit.

UII!
semua melakukan balik kanan bubar jalan dan mempersiapkan satu paket gladi kotor.

*
Ibu, besok aku pentas pamit.Ibu nonton ya!

Kukirimkan pesan singkat ke Ibu sebelum memejamkan mata. Sejak TC, Ibu tak lagi menggangguku dengan sms-nya. Karena jelas, aku 5 hari akan berada disini tidak pulang kerumah demi latihan intensif bersama tim untuk kejuaraan GPMB akhir bulan ini di Jakarta.

Ada yang hilang, ya, aku merindukan omelan ibu.

*
"Ujianmu sudah selesai nduk?"
"Udah."
Aku menjawab seraya menyuap sesendok nasi ke mulutku.
"Kapan kamu berangkat ke Jakarta?"
"3 hari lagi. abis ini aku ke sekret, mau checking untuk semuanya."
"Jangan malam-malam pulangnya"

Pesan ibu selalu sama, meski sama, aku selalu tak menepatinya. Aku selalu pulang malam, bahkan pagi hari demi MBUII. Tak peduli aku harus menangis esoknya karena mendapat omelan atau bahkan didiamkan seharian tanpa satupun sapaan.

*
Aku masuk final Bu!!Doakan ya!

Ya, tim kami masuk Final untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun vakum dari kejuaraan GPMB. Dan aku terharu atas semua perjuangan bersama teman-teman.

Terlintas bagaimana setiap malam-malamku penuh dengan latihan. Telinga terkadang dijejali makian dari pelatih. Otak ini berpikir keras untuk pendapat dalam rapat dan kordinasi.

Rasa lelah harus disingkirkan ketika tugas gambar di kertas kalkir berlembar-lembar menanti. Atau setengah maket skala 1:200 menunggu diselesaikan.

Belum lagi sms ibu yang bukan lagi teguran untukku tapi sebagai teror di setiap malamku saat masih berada diluar rumah. Belum lagi di pagi harinya selalu ada sidang mengapa semalam tidak membalas sms, tidak bisa ditelpon, masuk rumah jam berapa, dan sebagainya. Belum lagi berdebat sebelum pamit keluar rumah dengan mau kemana, pulang jam berapa, jangan lupa sms bila telat pulang. Dan aku selalu mengulangi kesalahan, tak meberi tahu kapan akan pulang bila ada diluar rumah.

Selamat. Insya Allah dek, semoga MBUII juara.

Singkat dan jelas. Ibu mendoakanku!

Tak lama masuk lagi sms dari Ibu.

Transkrip nilai semester ini sudah dikirim kerumah. Selamat sekali lagi untuk IPmu nduk.

Deg! Ibu mengucapkan selamat untuk IPku?

*
"Ibu hanya sangsi studimu."
"Hahahahah ternyata Ibu punya ketakutan?"
"Tapi ibu salah..."
Aku tersenyum.
"Meski kowe sibuuukk di MBmu, tapi yo nilaimu bagus. Dan kamu lulus sekarang nduk."

**
Ibu memang jarang berkata dengan lembut ke aku. Aku sendiri jarang bertutur dengan rapi bila sedang menganggap ibu berlebihan kepadaku. Itu kala aku masih duduk di bangku kuliah. Umurku yang masih dikategorikan labil, dengan emosi meledak-ledak.Tapi dibalik itu, aku tahu Ibu sayang padaku.

Semakin hari semakin aku sadari. Sekarang kitalah yang mengalah memperhatikan Ibu, mendengarkan ibu. Aku sangat tahu aku sayang Ibu.

Happy mothers day Mom, I love U

Kukirimkan pesan singkatku.

Love U too nduk

Ibu membalas, tak ada lagi sms teror dari ibu. :)


*******


Untuk semua Ibu di dunia,
Selamat hari Ibu 22 Desember

dan
untuk rekan-rekan MBUII, yang sedang akan berjuang di GPMB semangat!!!!!!!!

buat
rekan-rekan MBUII seperjuangan, 'keajaiban tiada tara berkenalan dan bergaul dengan kalian menuju kemenangan!!!'

Thursday, December 17, 2009

Sadar-Reflek-Miaw


Selamat Ulang Tahun VIVAnews

Sayang sekali diri ini tidak ikut bergerak ke Sukabumi, karena jadwalnya malam ini berhadapan dengan layar PC dan Televisi.

Malam ini cuma mau menulis hal kecil sebelum hari berganti.

Sepulang dari kantor, biasanya dengan driver. Tapi berhubung seluruh penghuni kantor sedang di Sukabumi, jadilah aku naik taksi.

Satu Suro , Satu Muharam


Ini adalah hari terakhir bila kamu melihat kalender Jawa atau kalender Hijriyah

Bedanya nama bulan yang tertera untuk menyambut tahun baru pada kedua kalender tersebut.

“Sultan Agung (1613-1645M) menciptakan ‘kalender’ baru, yaitu kalender Islam-Jawa. Dia memerintahkan supaya kalender Jawa, yaitu tahun kalender Saka dari budaya Hindu, diganti dengan kalender Kamariyah dengan nama bulan Islam. Tetapi hitungan tahun masih meneruskan hitungan Jawa”.

Demikian pula dalam pengubahan penanggalan yang merupakan penyatuan kalender Islam dan tahun Jawa. Penetapan itu bertepatan dengan 1 Muharam 1053 H atau 1 Sura 1555.

Nama bulan yang hingga kini masih menjadi penanggalan itu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabiul awwal), Bakda Mulud (Rabiul sani), Jumadiawal (jumadil ula), Jumadilakir (Jumadil sani), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadan), Sawal (Syawwal), Dulkangidah (Zulqaidah), dan Besar (Zul hijjah) (Zul hijjah)
Sumber Quote



Melihat dari Hijriyah, dengan kata dasar Hijrah.
Berarti berpindah atau meninggalkan. Hijrah juga berarti berkomitmen kuat pada nilai kebenaran dan meninggalkan kebatilan

“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka terbunuh atau mati, sudah tentu Allah akan mengaruniakan kepada mereka limpah kurnia yang baik. Dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi limpah kurnia.” (Al-Hajj:58)


Apa yang bisa direnungkan pada setiap pergantian tahun?

Aku, ingin menjadi pribadi yang lebih baik pastinya.


Seperti apa?

Dimulai dari mengingat bahwa aku hanyalah hambaNya yang lemah.

Dari titik itu aku akan berangkat.

Menuju apa yang aku harapkan, disertai usaha peningkatan ibadah, dan membekali diri lagi, lagi, lagi.

Dalam ridhoNya. Amin.

Tanggal satu, mau jadi kesatu ya?:)

Selamat Tahun Baru!!!!!
1st Muharam 1431 H

Masih tentang Dua Sisi


Mungkin ini tulisan kesekian kali dari aku soal dua sisi.
Ya, hidup dan mati.

Pagi ini,
Layar handphoneku menampilkan tulisan
2 message received

Yang satu berita duka, Seorang teman ditinggalkan Bapak mertuanya.
Yang lain, berita bahagia, Seorang teman baru saja melahirkan putra pertamanya.

Yang kulakukan adalah segera memposting dua berita ini dalam satu body email ditujukan ke mailing list tempat kami bertukar cerita dan informasi.

Send!

Allah mengambil umatNya, dan memberi penggantinya di dunia. Begitu kira-kira roda kehidupan ini berputar.

Perenungan lagi,
Seperti yang pernah kutulis sebelumnya di Born and Die,

Kutipan Al-hadist mengatakan:
Hai anak Adam kamu sekalian dilahirkan oleh ibumu dalam keadaan menangis,
sedang orang-orang yang menunggu kedatanganmu tertawa riang gembira.
Maka jadilah kamu orang yang tersenyum gembira
ketika orang disekililingmu menangisi kematianmu


Pertanyaanku masih sama,
Akankah dia hadir disaat pemakamanku?

Permintaanku masih sama,

Teman-teman, ketika aku mendahului kalian, hadiri pemakamanku ya
dan tersenyumlah ketika ada disana

Karena aku akan tersenyum untuk kehadiran kalian

:)

17 Desember 2009

Wednesday, December 16, 2009

(tidak) Bersahabat Dengan Matahari



Aku yakin setiap orang menanti datangnya pagi. Setelah terlelap semalaman, akhirnya terjaga dari mimpi. Membuka mata dan berharap dapat bertemu matahari. Ya, karena matahari menandakan awal hari, sebuah pagi.

Beberapa waktu lalu aku pernah menulis bahwa aku balapan dengan matahari. Menyenangkan bergegas dikala langit masih sunyi. Saat bulan belum berganti menjadi matahari. Saat langit gelap belum disinari oleh matahari.

Aku katakan, aku cinta matahari.

Tapi, hari ini ada yang membuat aku sangsi. Kurasa tidak semua orang menyukai matahari. Ini diluar mereka yang anti matahari karena ingin kulitnya putih. Ada segelintir orang disaat berhadapan matahari, akan memilih menghindari.

Sulit dimengerti. Matahari sumber energi, ternyata bisa menyakiti. Mungkin istilah medisnya alergi. Dan bukan hanya sekedar alergi.

Tapi, berakhir dengan mati.

Tidak semua orang bisa bersahabat dengan matahari.

***
16 Dec 2009
Inspired by:
Cerita seorang teman yang baru saja kehilangan temannya (singkatnya) karena Matahari.


Allah menciptakan semesta, semua terkait dan pasti ada makna yang belum kita pahami mengapa tidak sinergi antara manusia dan matahari untuk kasus ini.

Ini hanya tulisanku teman,untuk kita semua dapat merenung.

Wednesday, December 09, 2009

Aku untukmu, Bu.


"Gelep banget disini!"
Aku mulai gerah.
"Ah..panas banget! "
Aku mulai mengeluh dan meracau sendiri. Padahal aku tak sendiri, kami berlima terkurung di tempat ini. Tapi aku tak sudi berbicara dengan mereka. Aku ini jauh lebih bernilai, penampilanku jauh lebih menarik. Jadi aku tak mau disetarakan dengan mereka.

Mereka menatapku tajam, aku yakin sorot mata mereka menyatakan ketidaksukaan teramat sangat padaku. Aku memang baru saja tiba di tempat ini dibandingkan mereka. Tak peduli, aku lebih baik dengan lamunanku tanpa bercakap-cakap dengan mereka.

Tiba-tiba sinar matahari menerangi tempat ini. Hanya sebagian ruang, tetapi cukup memberi pencahayaan. Aku berusaha menarik perhatian agar siapapun itu yang membuka ruangan ini dapat mengeluarkanku darisini. Segera.

"Yes!"
Aku berhasil lebih dulu terbebas dari ruang pengap dan gelap itu dibandingkan keempat rekanku. Udara diluar sangat segar. Rasanya seperti tahunan tak menghirup udara seperti ini, padahal aku baru sekitar 2 jam ada di dalam ruangan itu.

"Ouch!"
AKu terjatuh dan terguling di permukaan aspal hitam nan panas. Sakit rasanya! Bila keluar dari ruangan tadi hanya untuk terjatuh, aku lebih baik memilih diam meski dalam gelap. Untung aku masih baik-baik saja..meski panas aspal ini seperti menikahiku seketika. Badanku menjadi panas.

Matahari terik menambah panas suhu badanku yang tergeletak di aspal. Tiba-tiba aku merasa melayang.
"Hei, aku melayang!"
Aku menjerit dan benar rasanya aku mendekat dengan langit, merasakan angin. Terdengar suara siulan yang mengiringi aku melayang. Tapi..lalu aku merasa pusing. Aku berputar-putar dan melayang. Sekelilingku tak lagi indah. karena yang kulihat dalam keadaan terbalik dan berputar tak jelas.
"Pusing! Ada apa ini???"

Belum berhenti juga sekelilingku dalam keadaan berputar-putar tak jelas. Apa yang terjadi?? Hup. Dan mengapa sekarang menjadi gelap lagi? Ada yang salah dengan pandanganku? Gelap kali ini berbeda dengan ruangan tadi.

Lama aku merasakan gelap. Tapi permukaan tempat aku merebah sangat empuk. Dan aku nyaman.
"Aw!!"
Baru saja aku menyatakan nyaman seperti dalam pelukan, tiba-tiba aku tergencet. Beri aku ruang!!! Aku tak bisa bernafas!! mengapa semua sisi ruang ini mendekatiku?? Kudengar suara tawa keras sekali, seakan puas melihat penderitaanku.
"aaaaaaaaaaa...."
Aku berteriak dan tiba-tiba merasa berayun-ayun lalu melambung dan mendarat, terhempas.

Kali ini sekelilingku terang. AKu seperti sakit jiwa. Apa yang kurasakan sedari tadi? Aku masih tak bisa paham dengan diri sendiri. Sakit, aku terhempas lagi. Aku baru tersadar, aku bertemu dengannya. Iya si dia salah satu penghuni ruang gelap bebrapa jam yang lalu. Tapi mengapa kali ini dia beramai-ramai? tidak hanya berempat!

Aku masih tak sudi menegurnya. Ini jauh lebih tragis. Aku masih yang paling menarik, bukan dia dan teman-temannya yang jumlahnya banyak itu. Disini berisik sekali! Aku bahkan tak bisa menangkap pembicaraan orang-orang ini. Dan aroma makanan tercium sangat jelas.

Mengapa suara orang ini memelas sekali? MAsih ada orang mengeluhkah di jaman sekarang?
"Aw!!!"
Aku lagi-lagi tehempas. Ow..ini gempakah? mengapa aku terguncang-guncang!! Ini tidak nyaman!!!!
Terguncang dan lagi-lagi berputar cepat sangat cepat. Dan jatuh lagi.
"Awwwwwwwwww!!!"
Kali jeritanku disusul juga dengan jeritan sama dalam jumlah suara yang lebih banyak.

Dimana aku, ini ruang berkaca. Dan kutatap sekelilingku. Kali ini aku bersama dalam jumlah yang sangat banyak lebih banyak dibanding di ruang gelap maupun di tempat yang sangat ramai itu tadi.

Kali ini, aku merasa sama. Banyak dari mereka yang kuperhatikan sama denganku. Iya aku sama dengan mereka.

Diluar sana tampak orang bercakap satu sama lain. Satu orang nampak sangat cantik lengkap dengan makeupnya memegang mic, Satu lagi adalah yang tadi membawaku terguncang-guncang, berpenampilan kumuh, berkulit kelam, dan memegang gelas plastik.
Sayup-sayup aku menyimaknya
"Jadi ibu tadi berlari-lari untuk memasukkan koin ini kemari?"
"Iya.. ta..tadi saya baru dapat di... di tempat makan si..situ mbak." Terbata-bata dia menjelaskan dan menunjuk warung-warung tenda diluar gedung tempat makan orang perkantoran.
"Mengapa ibu melakukan ini?"
"Meski rakyat kecil, ennn.. enggak punya uang banyak.. tapi.. sa.saya punya hati mbak."
"Pemirsa, inilah potret dimana hati berbicara menghadapi keadilan di negeri ini. Seorang ibu yang tunawisma yang berniat baik membantu Ibu Prita. Jangan kemana-mana, masih banyak berita menarik setelah jeda berikut.Tetaplah bersama kami."
Mereka berjabat tangan.

"Aku untukmu, Bu" Aku bergumam memandangi diriku yang berkilat dengan angka 1000 tercetak pada badanku.
Kupandangi ruang kaca tempat aku sekarang berkumpul dengan koin lainnya. Diluar sana tertulis :
Koin Peduli Prita


Monday, December 07, 2009

Balapan Dengan Matahari



"Minum dulu lah bang kopi ini.."
"Iya."
Secangkir kopi sudah tersaji dimeja. Seperti biasa aku meneguknya di pagi hari.
"Bah, kurang manis! Macam mana kau buatkan aku kopi ini?"
"Abang ini mengada-ada, itu seperti biasa!"
Kutinggalkan istriku yang masih meracau. Pagi hariku selalu dipenuhi adu mulut. 'Terserah kau lah' aku mengumpat dan menuju kendaraanku. Matahari belum terbit, setiap pagi aku mengantarkan banyak orang menuju terminal Blok M dari pinggir Jakarta.

*
Kututup tudung saji di meja makan. Semua lauk sudah siap.
"Aku pamit yo mas. Itu nasi dan lauk uda siap untuk makan siang."
"Iyo. Sana cepet berangkat uwis jam limo lho."
Kukecup anakku yang masih terlelap. Aku bergegas setelah mencium punggung tangan suamiku.
"Ojo lali, tuku sampo sebelum mandiin Woro nanti. Beli yang nggak perih dimatanya yo mas."
"Iyo."
Setiap pagi aku berberes rumah sebelum nantinya membereskan semua ruangan di gedung bertingkat tempat aku bekerja. Aku harus berlomba dengan matahari, karena semua ruangan harus bersih sebelum karyawan berdatangan.

*
"Aku berangkat."
"Iya."
Suamiku menjawab singkat sambil menarik sarungnya dan kembali mendengkur.
Matahari belum terbit, aku harus tiba di jembatan sebelum ramai orang berangkat kerja.Kugendong buah hatiku yang belum genap berusia dua tahun. Dia yang setia menemaniku selama hidupnya, setiap hari hingga malam tiba menjadi saksi rutinitas kota. AKu bergegas meninggalkan bangunan 4x4 m yang kusebut rumah.

*
Kubasuh wajah dan kedua tangan dan kakiku.
"Kang! Aku duluan!"
"Yo!"
Kualambaikan tangan dan kembali meneruskan membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel disekujur tubuhku.
Sudah dua minggu ini aku bekerja di malam hari, dan pulang dikala matahari akan terbit. Proyek galian ini menjadi mata pencaharian aku. Ini adalah galian proyek pemerintah yang membentang sepanjang jalan raya Jakarta pinggiran.

*
Rangkaian bunga ini tampak cantik sekali. Sebentar lagi tugasku untuk membawanya ke alamat tujuan. Setiap hari selalu ada karangan bunga yang kukirimkan. Setiap hari selalu ada bunga untuk yang bahagia karena bertambah umur maupun bunga berduka untuk yang tiada.
"Bunga yang ini diantar ke alamat ini."
Aku menerima secarik kertas alamat yang bersangkutan."Iya Bu"
Kunaiki sepeda motorku dan melaju menuju alamat tersebut. Kali ini bunga bahagia dengan selipan kartu 'selamat ulang tahun sayang'

***
Aku sudah di metro mini. 'Sepagi ini?' Itu pertanyaan kakakku. Tak perlu kujawab, bekerja di media tak mengenal waktu kerja seperti pegawai bank atau PNS bukan?

Matahari belum bersinar. Pekerja proyek galian berbondong-bodong meninggalkan posko proyek galian. Tentu lelah semalaman bekerja untuk pekerjaan berat galian yang entah dimana berujung.

Sopir sepagi ini sudah memaki-maki kenek dengan logat khas bataknya. Barangkali dia selalu punya masalah pagi dengan istrinya? Entahlah.

Setengah perjalanan menuju kantor, ada yang menarik perhatian diluar sana. Sepeda motor yang membawa karangan bunga. Manis sekali, pasti bahagia mendapat kejutan pagi hari berupa bunga. Dan aku yakin itu bunga bahagia, bukan karangan bunga belasungkawa.

Aku sudah tiba di halte tempat aku turun. Seperti biasa aku harus melalui jembatan penyebrangan. Dan di sudut sana selalu aku temui seorang ibu dengan bayinya yang duduk berharap ada yang memberinya sepeser uang. Aku melintasinya tergesa. Aku tak mau berpendapat banyak atas pekerjaan ini.

Sampai juga aku di kantor. Ruangan kantor sudah dipenuhi OB. Tidak semua 'boy' sebenarnya ada beberapa darinya wanita bahkan ibu rumah tangga. Mereka sedang membersihkan ruangan sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Pagi ini aku berada dibelakang matahari. Nyaris menang dengan matahari sampai di lantai 31. Tapi kata temanku, 'Kita gak mungkin mengalahkan sistem alam'.

Selamat pagi!
Enjoy ur monday!

***
Potret Jakarta pagi hari
7/12/09

Koin Keadilan


ketika keadilan direcehkan,

kita pun mengumpulkan receh


Dukung Prita!
Kumpulkan koin anda, peduli pada keprihatinan kedilan di negara

Update berita klik di http://koinkeadilan.com
Blog ini adalah salah satu simpul informasi dukungan terhadap Prita Mulyasari, yang oleh Pengadilan Tinggi Banten diputuskan bersalah dan harus membayar denda Rp 204 juta kepada RS Omni Internasional Alam Sutera yang menggugatnya secara perdata.

Prita juga masih terbelit kasus pidana dengan dakwaan pencemaran nama baik dokter RS Omni Internasional. Semuanya berawal dari e-mail Prita kepada kawan-kawannya yang berisi keluhan terhadap pelayanan RS Omni Internasional.

Twitter: #freeprita


Friday, December 04, 2009

No Title



30 November 2009 5:10 pm

"Dimana?"
"Di Grand Indonesia!"
"Oya?"
"Iya, dari lantai 5! Jatuhnya tepat di depan Forever21. Nyangkut gitu di escalator!"
"Serem ah! Sumpah demi apa lo?"
"Gue nggak bohong! Tapi nggak ada police line disini!"

*
30 November 2009 8:30 pm

"Apa?"
"Serius...!!"
"Kok hampir sama?"
"Iya gue juga kaget, makanya gue ngubungin elo. Gue di Senayan City ini dari tadi sore yang lo kasih tau di GI ada orang bunuh diri!"
"Dan kali ini cowok?"
"Yep. Dan dari lantai 5 juga!"
"Uda gila!"

*
4 Desember 2009 6:10 am

"Saya sedang piket, tiba-tiba ada suara keras. Seperti sesuatu yang jatuh."
"Lalu?"
"Ternyata, ada orang jatuh."
"Sudah diselidiki pak?"
"Menurut CCTV, dia terjatuh dari lantai 11."
"Bunuh diri?"
"Itu polisi yang akan menyidik. Saya tidak tahu."

*

4 Desember 2009 11:55 am

"Menurut lo, kasus orang jatuh dari ketinggian ini apa??"
"Ya, orang nggak beriman."
"Hanya itu? Pasti ada motivasi kan mereka melakukannya?"
"Uda berasa Tuhan kali , nentuin cara matinya sendiri. atau uda nggak sabar menunggu untuk segera masuk neraka."
"Opini lo absurd!"
"Gue bukan polisi atau jaksa yang memain-mainkan fakta. Gue cuma manusia biasa yang percaya ma Tuhan!"

***
Inspired by successive suicides
Segala sesuatu di dunia ini akan kembali pada Allah
Apapun
Hidup dan mati
Rejeki
Semuanya

Yakini itu, selagi masih ada waktu kita untuk koreksi diri sebelum dunia ini berakhir. :)

GaL



Thursday, December 03, 2009

Separuh Yang Luruh

"Huh!!!"
Antrian panjang kemacetan jalan ini cukup membuatku muak. Sudah satu jam lebih aku hanya bergerak sekitar 200 meter saja. Dan sialnya, AC mobil buruk ini menambah penderitaanku. Siang ini matahari tak segan-segan bersinar. Sudah puluhan makian kulontarkan dari mulut. Entah karena ulah supir angkutan umum yang seenaknya memotong jalanku, atau pengendara motor yang membuat aku kaget dengan manuver-manuvernya.

Tuhan..., kalau saja aku orang nomer satu di negeri ini, aku nggak akan tersiksa seperti ini.

Sial! Ini sudah lebih setengah jam aku terlambat dari janjiku kepada seorang rekan.

Apes! Ini rokok terakhir yang aku nyalakan.

Aku membuka jendela mobilku lebih lebar lagi. Tak ada pedagang asongankah? Aku mencari seteguk air. Tenggorokan ini sudah kering sekali. Sial! Aku hanya bisa menelan ludah berkali-kali.

Sial! Sampai kapan aku akan terjebak dalam kemacetan ini! Bisakah mobil-mobil ini tidak menghalangi jalanku? Sial tujuh turunan!

"Kau bukan orang beriman!"
"Aku?"
"Iya, kamu!"
"Aku selalu menyebut namaMU, apa itu kurang?"
"Tidak..."
"Aku selalu percaya dengan utusanMu, KitabMu, bahkan hari kiamat dan ketetapanMu!Apa ibadahku tidak sempurna kepadaMU?"
"Kau harus ingat, iman-mu itu terdiri atas dua bagian..."
"Apa itu?"
"Separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur. Dan baru saja separuh sabarmu mu meluruh memudarkan keimananmu!"



Sabda Rasulullah SAW bahwa iman terbagi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi).


Posted on my Notes FB:
Sunday, October 25, 2009 at 10:30am

Tuesday, December 01, 2009

Cintai Aku



Ini hari keduaku ditempat ini. Suasananya semakin membosankan, karena aku tak punya teman bicara. Padahal tempat ini semakin ramai.

Aku memandang hamparan rumput nan hijau di depanku. Begitu besar keagunganNya. Tempat ini sejuk, dan seperti surga saja buatku. Kita dilayani layaknya raja. Benar-benar servis yang memuaskan. Padahal aku tak mengeluarkan memberi apapun sebagai kompensasi untuk semua ini.

Sebuah mobil memasuki halaman. Mobil itu penuh sekali. Dan, ada yang menarik. Dia sangat menarik. Inikah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?

Dia berjalan kearahku. Semakin dekat kearahku. Aku sedikit salah tingkah, dia sempat melirikku ketika melewati aku. Dan dia hanya berlalu dengan lirikannya yang terekam jelas diingatanku.

*
Matahari sudah meninggi. Aku berharap bisa bertemu dia lagi.Karena tepat tengah hari semua akan berkumpul disini.

Aku berusaha mencarinya ditengah keramaian. Ditengah keputusasaanku setelah lebih dari 10 menit menebar pandangan keseluruh penjuru, badanku tiba-tba tersenggol oleh sesuatu dari belakang.
"Aw.."
Aku berbalik.
"Maaf...aku tidak sengaja."
Dia kini nyata dihadapanku. Aku yang tadinya sempat ingin mencaci karena emosi tiba-tiba meluluh terdiam. Lidah ini kelu hanya ingin sekedar mengucapkan 'tidak apa-apa'.
"Maaf ya?"
Dia memastikan aku untuk memafkannya dengan bertanya sekali lagi.
"Tidak apa-apa."
Akhirnya terucap juga tiga kata itu dengan terbata-bata dari mulutku.
"Aku melihat kamu tadi pagi yang menyendiri memandangi rumput hijau itu kan?"
Dia ternyata benar-benar melihat dan melirikku tadi pagi?
"eh, oh, em.. iya." aku gugup.
"Aku datang dari jauh."
"Oya?"
"Iya. Kamu sendiri?"
"Aku juga dari jauh. tapi aku jauh lebih lama berada disini, ini hari keduaku."
"Kamu menyukai tempat ini?" Dia bertanya datar tapi cukup membuatku terpesona.
"Suka, hanya saja aku bosan. Dan kamu adalah yang pertama kuajak berbicara."
"Oya, sedari dua hari lalu kamu berpuasa bicara?"
"Begitulah."
Dia tersenyum, sangat membuat degup jantungku semakin kencang. Rasanya aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harus mengutarakan dia sangat menarik, dan aku akan bertanya apakah dia mau aku cintai?
"Emm... boleh akui bertanya sesuatu?"
"Apa itu?" Dia menjawab dan menatapku dalam. Sorot matanya membiusku. Dia begitu luar biasa mempesona.
"Apa kamu bersedia aku cintai?"
Dia tidak nampak terkejut dengan pertanyaanku.
"Aku bersedia ketika kamu juga bersedia berkorban untukku."
"Apa yang harus kulakukan untuk berkorban?"
"kamu lihat orang itu yang disana?"
Aku mengangguk.
"Ketika dia menghampirimu, turuti saja apa perintahnya. Dan saat kau dengar suara Takbir, itulah saat kau berkorban untuk mendapatkan kesediaanku dicintai olehmu."
"Baiklah. itu tidak susah."

*
Benar saja, tak lama aku dihampiri oleh orang yang tadi ditunjuknya. Aku sempat menoleh, ternyata dia juga dihampiri oleh orang lain. Dan aku sempat ingin kembali dan menyusulnya. Dia membohongiku? Mengapa dia pergi dengan orang lain? Tapi seperti pesannya, bila aku ingin mendapatkan kesediaanya untuk aku cintai aku pasrah dan menuruti apa yang orang ini perintahkan padaku. Aku tak mungkin berbalik dan mengejarnya.

Aku pasrah. Benar-benar pasrah, dengan perasaan yang ternodai oleh emosi ketika melihatnya menjauh dengan orang lain. Baiklah ini mungkin saatnya, aku bergumam saat kudengar suara Takbir menggema disekelilingku.

*
"Hai."
Aku terkejut menoleh.
"Kamu, kamu disini?Bukankah kamu tadi pergi dengan orang lain?"
"Aku pergi dengannya untuk menyusulmu. Oleh karena itu sekarang kita bertemu bukan?"
"Maksudmu?"
"Terimakasih kau telah menunjukkan padaku pengorbananmu."
"Aku tak mengerti arah pembicaraanmu? aku hanya menuruti pesanmu, pasrah, berserah."
"Iya. Ketika aku bersedia untuk kau cintai , aku ingin kau mencintaiNya terlebih dahulu."
"Aku??"
"Lihatlah kebawah."
Aku melihat ragaku tergeletak bersimbah darah. Tak lagi memiliki denyut nadi.Aku mati? Ya aku sudah mati, dikelilingi oleh banyak orang.Dengan suara Takbir masih menggema.Kupandangi dia, kali ini aku sudah mengerti.
"Itu yang kukatakan berkorban, mencintaiNya terlebih dahulu. Baru kau boleh mencintai aku."

***
Wrote on Friday, November 27, 2009 at 2:46pm



Selamat hari raya Idul Adha semua :)

Sunday, November 22, 2009

Jari-Jari


Kuteguk segelas susu coklat ini seraya mengganti saluran televisi. Kutekan tombol remote secara cepat dari saluran satu ke saluran lain. Pandanganku tak lepas dari layar kaca dengan tangan yang terus menekan tombol remote, seperti mengabsen satu persatu tombol remote. Belum ada yang menarik, itu kesimpulanku sebelum menekan tombol off pada televisiku. Aku bergegas meraih tas dan handphoneku. Kulirik jam dinding masih menunjukkan pukul 7 pagi. Masih banyak waktu untuk mencapai kantor.

*
Tuut..tut..tuut..tut
Pesan masuk di handphoneku. Ah, Rita, sepagi ini dia akan mengacaukan agendaku kah? Benar saja. Isi pesan ini meminta tolong aku untuk menemui klien di luar kantor siang nanti. Baiklah, aku menyanggupi dengan sedikit omelan dalam pesan singkat yang tengah kuketik. Jari-jari lentikku dengan cepat menekan keypad handphoneku. Fyuh, lebih dari 160 karakter. Yap, pesan terkirim. Taksiku sudah merapat di lobi kantor.

*
30 new message di inbox emailku. Baru ditinggal weekend plus cuti di hari Jumat minggu lalu email pekerjaan sudah menumpuk. Kubaca subjectnya satu persatu, mencoba memprioritaskan email mana yang harus aku dahulukan.

Mmm...ini penawaran yang cukup lama baru di follow up oleh klien. Oke, intinya mereka deal dengan desain awalku. Tinggal negosiasi harga dan kontrak, sebelum aku melayani permintaan desain sesuai apa yang diinginkan. Kubalas email tersebut dengan cepat. Sudah cukup terlatih untuk menanggapi klien seperti ini. Aku tidak butuh draft atau template surat. Semua sudah ada di otakku, tinggal kutuangkan lewat ketikan ini.

Dari email satu ke email lain. Fyuh, ini sudah jam makan siang. Tak terasa pagiku hanya dihabiskan waktu dengan membalas email-email ini. Aku belum sempat membuka file desain Rita yang harus aku persentasikan nanti jam 1.

Perutku terasa lapar, roti dan susu tadi pagi nampaknya hanya cukup memberi energi membaca dan membalas email saja. Kuangkat gagang telpon dan mulai memencet nomer yang sudah kuhafal luar kepala.
"Udin, saya minta tolong ya dibelikan nasi sayur dengan ayam goreng. Seperti biasa minta sambal sedikit dan kerupuk ya. Jangan make lama ya, saya ada meeting jam 1. Makasih"

Menunggu pesanan dari OB datang, aku teringat harus membalas sms dari teman lamaku semalam. Karena mengantuk aku belum menanggapi smsnya. Kubuka inbox di handphoneku, dan membalas smsnya, menyanggupi untuk bertemu sore ini di Mall.
"Bok, gue minta tolong bentar dunk..." tiba-tiba suara teman kerjaku yang lenje terdengar jelas disampingku.
"Aduh neek...!kaget gue!lo kaya setan ajah tau-tau dateng!"
"Gilingan yey..."
"Apaan seh cin?"
"Ini, itungin bentar dunk bok... maksud gue dicek lagi. Gue daritadi ngitung kok ada yang kurang pas hasilnya dari di proposal projectnya.Cuma untuk pekerjaan kusen ajah kok..."
"Aduhh elo tu ye, gue jam 1 mo nemuin klien ngegantiin Rita. Ampun! Desainnya aja gue belom liat cun!!" aku panik dan membuka file yang di attach Rita tadi pagi.
"Bentar ajah kok say...ini nih cuma kusen pintu yang model 1 ma 3 aja..."
Aku belum menjawab si Ndut lelaki lenje disampingku. Aku memandangi file presentasi Rita.
Klik, klik, klik, klik...
Mouse ku terus mengklik opsi next pada file presentasi ini.
"Boookk...!!lo jangan jadi patung gituh dunks..."
Klik,klik,klik,klik,
Tanganku terus mengklik hingga di halaman terakhir. Mmmm..30 halaman yang tidak terlalu rumit. Kupalingkan pandanganku kembali ke si Ndut.
"Oke, mana berkasnya?"
"Thank you manis..." Ndut menyerahkan satu lembar rancangan anggaran biaya beserta kalkulator.
Aku menerimanya dan mulai memainkan angka-angka yang tersebut di kertas ke dalam kalkulator.

Tangan ini sudah hafal letak angka dan simbok pada kalkulator. Ndut masih disampingku memandangi aku yang tengah asyik dalam dunia hitung berhitung.
"Ow..say...ini kenapa harga satuan lo segini? Lo bukan salah itung, tapi salah input data. Di proposal kan segini..." Gue menemukan human error versi 25 dari Ndut.
"Hihihi...iya ya?Pantesan akika nggak dapet hasil yang pas...uh..makasih ya nek...Sukses buat presentasinya ntar..." Ndut memberesi dokumennya dan meninggalkan mejaku.

Pesanan makan siangku datang tepat waktu. Aku menyantapnya dan segera bergegas meninggalkan ruangan untuk ke tempat klien. Laptop ini akan jadi senjataku. Rita, aku akan membantumu untuk kali ini. Masih sedikit menggerutu aku melaju bersama mobil kantor.

*
"Jadi Pak, ini adalah contoh desain awal fasade hunian di cluster bagian Selatan." Aku mempresentasikan pekerjaan Rita di depan klien. Semoga tidak banyak yang dipertanyakan klien, ini bukan desainku, aku tak begitu menguasainya.
"Desain arsitektur tropis kami tonjolkan disini dari bentukan atap." Aku menggerakan pointerku ke arah gambar desain detail di bagian atap.
Klienku hanya mengangguk-anggukan kepala dan tersenyum. Nampaknya mereka sudah puas dengan gambar awal Rita.
"Bisa saya minta soft copy nya mbak Fira?" tanya si Bos klien
"Ow tentu Pak, sebentar saya kirimkan ke email anda" aku kembali berkutat pada laptopku. Dengan sentuhan keyboard, kutuliskan email lengkap beserta lampiran gambar.
"Sudah terkirim pak."
"Oke, sudah saya terima mbak Fira terimakasih"

*
Selesai sudah pekerjaanku. Kuputuskan untuk tidak kembali ke kantor lagi, melainkan ke Mall tempat aku berjanji bertemu dengan teman lamaku. Aku harus menunggu 1 jam lagi. Kupilih coffeshop dengan meja di pojok.

Kubuka kembali laptopku. Kesempatan untuk memperbaiki beberapa revisi desain klien. Kugerakkan mouseku dengan lincah, aplikasi gambar teknik ini sangat membantu. Di kantor tidak lagih dipenuhi meja gambar yang memakan ruang. Setiap orang hanya butuh satu unit komputer di kubikelnya.

"Fira...!"
Keasikanku mengerjakan gambar dikejutkan oleh teriakan.
"Mila...! Lama nggak ketemu...!" aku menyambutnya dengan cipika cipiki.
"Maaf aku telat..." Aku tak sadar ini sudah satu setengah jam dari jam yang dijanjikan untuk bertemu. Aku seperti terisolasi dari dunia bila sudah berhadapan dengan mouse dan keyboard.

Mila duduk disampingku. Tangannya memangku dagunya dengan siku bertumpu di meja. Dia memandangku sambil tetap tersenyum. Aku juga tak tahu sudah berapa lama memandanginya sedari tadi tanpa berkata-kata.

"Eeng.. jadi Mila, kecelakaan itu..."
"Iya Fira, kecelakaan itu membuat jari-jari tanganku tak lagi berjumlah 10..." dia tersenyum menjelaskan
Perih mendengarnya dan melihatnya langsung. Telapak kanannya tak lagi memiliki 5 jari. Tapi tak tampak kemuraman di wajahnya. Mila sekarang memiliki bisnis rumah membuat kue dan coklat. Kecelakaan yang menimpanya membuat dia semakin kreatif dan sukses seperti sekarang. Terakhir aku bertemu dengannya saat dia berulang tahun setahun yang lalu, sebelum dia pindah kota dan kecelakaan menimpanya.

"Oiya, maukah kamu menuliskan sesuatu buatkku Fir?"
"Ow, dengan senang hati Mil..."
Mila mengeluarkan kartu ucapan kosong dengan ukuran 5 cm x 5 cm. Nampaknya dia akan memberikan kado kepada seseorang. Kubuka kartu tersebut dan bersiap menuliskan apa yang hendak ditulis oleh Mila.
"Jadi apa yang mau kamu tulis disini Mil?"
"Mmm.. Selamat ulang tahun sahabatku tersayang..." Mila belum menuntaskan kalimatnya, aku mulai menulis kata yang terucap dan berkonsentrasi pada kartu dan pena yang kugenggam.

Berapa lama aku tak menulis? Pikiranku melayang. Selama ini aku mengetik, menekan tombol dan mengklik. Mengetik di keypad handphone, keyboard, menekan tombol remote, tombol telpon, tombol kalkulator, mengklik mouse. Aku hampir tak pernah menulis dengan pensil atau pena seperti sekarang! Aku masih bisa menulis? Ya aku masih bisa menulis tangan! Bahkan menuliskan sesuatu untuk Mila yang sudah tak lagi bisa menulis dengan tangannya. Aku beruntung, jauh lebih beruntung dari Mila.

"Uda?" pertanyaan Mila lagi-lagi mengejutkanku
"Mm ntar...,sa-ha-bat-ku. Mmm... ter-sa, -yang" aku masih meneruskan kalimat Mila
"Uda?"
"Yup, terus..?"mataku tak berpaling dari kartu ucapan didepanku.
"Fira Miranda. With love...Mila."
Aku tertegun meletakkan pena dan memandang Mila. Tak ada yang bisa kuucapkan, aku hanya segera memeluknya dan menangis terharu. Aku sangat beruntung bukan hanya masih memiliki jari yang utuh tapi juga memiliki Mila, sahabatku yang tak lagi utuh jarinya.

Friday, November 20, 2009

Progress Segi-3



10,524 words so far for my #NaNoWriMo project. ini memasuki hari ke-15 ku. Dan hari ke 19 di bulan November

Mulai terkuak satu persatu apa yang dikategorikan 'segitiga'
Hubungan pertemanan, percintaan, dan hubungan vertikal dengan Sang pencipta.

Segitiga, (klik here)
Ketika segitiga tak lagi rigid

Monday, November 09, 2009

Hermes For Charity on Alif Magz

Alif Magazine Alhamdulillah its Friday mengulas sedikit tentang The Hermes.
Ya, aku dan teman-teman baruku yang punya hobi sama, dan rasanya seperti sudah mengenal satu sama lain puluhan tahun silam :)
Saling menanggapi, saling mengritik, dan memberi masukan sudah biasa mereka lakukan. Hal ini ternyata membuat anggota Genk Hermes –begitu mereka menyebutnya– menjadi semakin kompak.

Detail lengkapnya silahkan baca di link berikut....
Klik disini

Hermes Berbagi Pesan Cinta


Wednesday, October 28, 2009

Aku Mau Jadi Pahlawan on Kompas[dot]com

Setelah kemarin ada balada ketupat sayur dingin,
terbayar malamnya dengan setegak susu yoghurt strawberry dingin,
dan pagi ini terbayar dua kali lipat dengan dimuatnya karya saya di Oase/Ceritaku/Kompas.com

Awalnya cerita ini kutulis untuk Hermes For Charity , sebuah project kompilasi cerpen plus 3 buah lagu karya indie untuk amal peduli gempa Padang.
Project ini dikerjakan saya bersama rekan-rekan penulis lainnya The Hermes dan Teman-teman Blue Summer sebuah grup band yang menyumbangkan juga karyanya.

Karena ide yang spontan untuk project ini, deadline pengumpulan ceritapun sangat mepet. Saya menulis tulisan ini tidak lama, dan saya kerjakan dikala jam kerja saya di kantor.
Saya tulis di draft notes Facebook, malamnya saya pindah ke file words, dan saya kirimkan ke rekan saya. Kompilasipun sudah dipublish beberapa hari kemudian.

Tengah bulan, saya merasa sedikit hopeless dengan pekerjaan saya. Tiba-tiba saya teringat niat saya untuk mempublish tulisan saya ke media online Kompas (yang tertunda cukup lama) .
Akhirnya saya kirimkan naskah cerpen ini ke alamat redaksi Oase Kompas. Seperti yang tertera di halaman websitenya, karya tidak akan mendapatkan imbalan bila dimuat. Itu tidak maslaah, asal saya dapat berbagi karya saya untuk dibaca.

So, selamat membaca. Aku Mau Menjadi Pahlawan- inspired by my Mom. (klik the link)

Keterangan, sampai dengan 28-Oktober 2009 06:49 pm karya saya sudah dibaca 1121 kali | 4 Komentar