"Ibu..."
"Iya sayang..."
"Kata Bu guru, bintang kecil ada di langit..."
"Iya..terus..?"
"Tapi mana bintangnya?" Aku menatap langit dengan perasaan hampa mencari seperti apa yang disebut bintang. Ibu terdiam.
*
Langit Jakarta malam hampir selalu cerah, tapi tak satupun bintang terlihat. Senja belum lama meninggalkan Jakarta. Satu persatu lampu di kota ini mulai dinyalakan. Ya, lampu sebagai cahaya buatan pengganti matahari.
Teori mengungkapkan- Bortle Dark-Sky Scale adalah skala kegelapan langit dengan angka 1-9. Dimana skala tersebut mengklasifikasikan pada sejauh mana bintang dan langit dapat kita lihat dengan jelas dengan mata telanjang.
"Iya sayang..."
"Kata Bu guru, bintang kecil ada di langit..."
"Iya..terus..?"
"Tapi mana bintangnya?" Aku menatap langit dengan perasaan hampa mencari seperti apa yang disebut bintang. Ibu terdiam.
*
Langit Jakarta malam hampir selalu cerah, tapi tak satupun bintang terlihat. Senja belum lama meninggalkan Jakarta. Satu persatu lampu di kota ini mulai dinyalakan. Ya, lampu sebagai cahaya buatan pengganti matahari.
Teori mengungkapkan- Bortle Dark-Sky Scale adalah skala kegelapan langit dengan angka 1-9. Dimana skala tersebut mengklasifikasikan pada sejauh mana bintang dan langit dapat kita lihat dengan jelas dengan mata telanjang.
Semakin terang langit karena cahaya buatan di suatu tempat, maka akan semakin besar angka skala yang diberikan untuk wilayah tersebut. Hanya ada dua tempat di dunia yang memiliki angka skala 2 untuk tingkat kegelapannya. Bagian dunia khususnya wilayah Asia Tenggara memiliki skala dengan angka besar.
Sadarkah kita, bahwa setiap cahaya buatan yang dihasilkan di permukaan bumi akan mengurangi tingkat kegelapan langit?
Namun, mengingat belum adanya kebijakan dan aturan yang disosialisasikan secara nyata oleh pemerintah daerah, tampaknya “kedamaian” belum akan ditemukan dalam waktu dekat. Kita harus memulai melakukan sesuatu untuk bumi. Kurangi penggunaan cahaya buatan untuk mengurangi polusi cahaya.
*
"Selamat tidur ..."
"I love u mom..."
Kumatikan lampu kamar tidurnya dan meninggalkannya sendiri untuk menjemput mimpi. Seperti biasa, aku berjalan ke pelataran balkon rumah tua ini. Aku memilih duduk dan menatap langit. Bintang masih malu-malu menampakkan diri.
Aku berharap setiap orang tua melakukan hal yang sama mematikan lampu kamar kala melepas buah hatinya bermimpi.
*
Langit gelap bertaburkan bintang adalah inspirasi. Begitu juga aku. Sedari kecil aku mencintai bintang. Tapi Jakarta membuatku frustasi, langit malamnya dulu tak pernah menghadirkan bintang. Saat aku menjadi seorang ibu, bintang masih malu-malu untuk menghias langit.
"Eyang..."
"Iya..."
"Aku belum bisa tidur, Eyang sedang apa sih?"
Aku menatap langit menghitung bintang yang bisa kutemukan. Banyak sekali, jari tanganku tak cukup untuk menghitungnya.
"Sini, bantu Eyang..."
"Bantu apa, Yang?"
"Bantu ngitungin bintang"
Cucuku beruntung dia dapat menemukan langit yang gelap tanpa terkontaminasi banyak cahaya dari bumi, hingga kami dapat menghitung bintang bersama malam ini.
***
Dark sky movement kampanye mengurangi polusi cahaya untuk menggelapkan langit bumi. Gue punya ketakutan, ketika anak cucu kita sama sekali tak bisa melihat lagit gelap dengan bintang. Semoga tulisan ini menginspirasi kita semua...untuk anak cucu kita kelak.
Big Bang Day - Timeline | Facebookwww.facebook.com |
Sunday, October 25, 2009 at 2:51pm
GaL
Pernah dimuat di Kompasiana 3 Januari 2010
wah gelap nih.hehe
ReplyDeletegelap itu indah :)
ReplyDeleteDi desa tempat tinggal saya, bintang masih mudah dilihat. Yuk main-main ke sini, hehe.... :-)
ReplyDelete