Ketika tersadar, bahwa negeri abu-abu itu benar adanyaJogjakarta - 22 Oktober 2011
Ini saya ambil dari timeline saya kemarin malam. Tentang perjalanan saya dan TheHermes saat menyerahkan donasi berupa buku pelajaran untuk SD Srunen.
Pengen
cerita-cerita ma #Hermesian tentang menatap hamparan abu-abu sisa erupsi Merapi
Jadi,pagi
itu kami semangat merapat ke lereng Merapi,ke Sd yg akan menerima donasi
Melintas
kali Opak,mulai terdiam.Tak ada air,hanya pasir dan bebatuan
Lalu
mulailah kami disajikan pemandangan sisa2 rangka pemukiman yg tertimbun
material vulkanik
SD
Srunen sbenarnya sudah memiliki bngunan bgs paska erupsi
Hanya
saja,kebijakan pemerintah tidak mengijinkan kegiatan belajar mengajar di
kawasan rawan bencana
Jadilah
semua siswa direlokasi belajar di SD shelter.
Saya,dan
teman2 sempat mengisi materi di kelas 4-6
Waktu
pertama menatap wajah2 murid,saya uda ga melihat trauma lg.justru semangat dan
keceriaan yg terlihat
Kami
berupaya untuk berinteraksi dgn mereka selama krg lbh 1jam
Stlhnya
buku pelajaran yg kami donasikan diterima oleh Kepsek.
Oya,buku
yg kami donasikan adlh hasil penjualan #EmpatElemen yg ditulis olh @TheHermes
n friends
Sblm
pamit,kami disuguhi gorengan.sungguh kesederhanaan yg terbalut dlm kebersamaan :)
Kami
melanjutkan ke dusun tertinggi dimana SD Srunen yg asli berdiri
Tibalah
kami di ujung dr jalan beraspal.Selatan terhampar warna abu-abu
Tempat
kami berpijak masih hijau,krn ada bukit yg menghalangi muntahan Merapi.
Melintasi
makam mbah Maridjan dan bngunan SD Srunen yg tdk ditempati,kami menuju gurun
abu-abu
Gurun?Ya,ini
adalah jalur aliran muntahan material dr Merapi.
Bila
kamu ingat crt Musa membelah laut,nah kami melintas di antara bukit pasir
Lagi-lagi
pemandangan ini membuat kami tertegun.Inilah hamparan abu2 yg kami lht dr ats
td
Setelah
jenuh akhirnya abu-abu pun berangsur hijau.Kami memasuki dusun yg lbh rendah
tempat pemukiman sementara
Dan
sls-lah perjalanan kami.Abu-abu masih membekas.
Baca juga cerita di Blog The Hermes. Foto oleh @candraaji
Baca juga cerita di Blog The Hermes. Foto oleh @candraaji
No comments:
Post a Comment