"Bagi dong!" , semua mendadak kompak meminta. Karena seperti yang saya katakan sebelumnya, ini waktu-waktu krisis lapar butuh kudapan atau camilan.
"Parah lo, beli coke ama kripik gituan kecil ajah dibungkus plastik segala..."
Komen yang terdengar menyentil ini sontak membuat yang lain berseru "Huuuu...."
Peduli apa temen saya yang satu ini soal plastik?
Lalu dia pun berceloteh bahwa baru saja mengikuti petisi online tentang peduli lingkungan hidup. Pembicaraan semakin menarik, rasa lapar terabaikan sementara mendadak menyimak ceramah singkat temen saya ini.
Selanjutnya dia menerangkan, bahwa hidup di Jakarta ini musti pintar dan jangan menjebak diri sendiri. Dia berkata, Jakarta memiliki masalah serius dengan sampah. Jumlah sampah yang
dihasilkan setiap hari bisa mencapai 6,000 ton dan tumpukannya bisa
sebesar 30,000 meter kubik - lebih dari setengah ukuran candi Borobudur. WOW.
Jangan menjebak diri sendiri yang dimaksud adalah jangan berbuat bodoh dengan melakukan hal-hal yang akan semakin menambah tumpukan sampah (mungkin bakal sampai SATU BANGUNAN CANDI BOROBUDUR!!)
"Dari sekian banyak sampah, yang paling sulit terurai jelas sampah plastik" begitu lanjutnya. Di Jakarta sendiri, dengan kebodohan warganya yang masih suka buang sampah sembarangan, apalagi plastik yang gak terurai berakibatlah pada banjir. Kami masih menyimak dengan manggut-manggut bodo.
"Selain nggak buang sampah sembarangan, ya hal paling kecil bisa kita lakuin ya jelas mengurangi penggunaan plastik, biar gak nyampah!"
Lanjutannya ia berceloteh lagi bahwa Sampah plastik konsekuensi lingkungannya sangat mahal, tetapi ironisnya
kantong plastik diberikan secara gratis! Karena gratis, perlu lebih dari
sekadar kesadaran diri konsumen untuk menghentikan kebiasaan
menggunakan kantong plastik.
Ooo ini pointnya...
Dia menceritakan lagi, petisi yang baru ia ikuti adalah sebuah petisi dengan judul #Pay4Plastic . Jadi petisi ini mengumpulkan suara warga khususnya Jakarta untuk setuju mengubah pola kebiasaan dari berbelanja dengan tas plastik ke berbelanja dengan mebawa tas sendiri (yang re-use) . Dia mengetahui pertama dari akun twitter @CountMeInID
Haha..begitulah ceritanya.. ini sore hari yang sedikit berbeda. Pencerahan yang berakhir dengan masing-masing kembali ke depan dekstopnya dan mengikuti petisi tersebut! Yuk ikutan juga ya temans!
Dua tahun yang lalu saya juga pernah menulis tentang Asyik Tanpa Plastik
Dua tahun yang lalu saya juga pernah menulis tentang Asyik Tanpa Plastik
Jangan sampe Jakarta tambah parah kaya gini:
*Foto karya Eko Siswono Yudho / TEMPO |
hahaha gimana mau ngurangin pemakaian plastik, kalau dunia ini terus memproduksi plastik.
ReplyDeletedukung banget mbak. sebetulnya ini hanya masalah kebiasaan. toh zaman dulu ketika ibu2 belanja ke pasar dengan menenteng keranjang belaja itu tak ada masalah.. Saat ini juga sudah banyak inovasi teman2 pegiat lingkungan seperti yang saya kenal di Bandung membuat tas belanja yang bisa dilipat2 sebesar gantungan kunci ketika kosong. Salam hijau! :)
ReplyDelete