Mungkin karena aku dilahirkan dalam keluarga Jawa, kudapan yang setia menemani teh saat sore tiba adalah singkong. Ayahku penggemar singkong baik digoreng maupun direbus. Jadi tak heran Ibu selalu menyiapkan kudapan singkong untuk keluarga. Tapi itu dulu, saat aku masih kecil. Saat kami (aku dan kakak-kakakku) beranjak remaja dan dewasa, kami tak lagi tinggal bersama. Ayah Ibu menetap di Jogja, sedangkan kami mengadu nasib di Jakarta.
Aku selalu merindukan singkong goreng dan rebus buatan Ibu. Di Jakarta, pilihannya hanya membeli gorengan di pinggir jalan untuk menyantap singkong. Tapi resikonya aku harus mengalami sakit batuk setiap habis mengonsumsi gorengan singkong di pinggir jalan. Minyak yang digunakan mungkin memang tidak sehat untuk kita.
Suatu saat di hari Minggu setelah car free day, aku bersama teman-teman memutuskan untuk mampir di Kopitiam Oey Sabang. Waktu itu outletnya masih di bangunan lama, beberapa blok di tempat yang sekarang. Itu kali pertamanya aku duduk di Kopitiam tersebut. Saat menu disodorkan, mataku langsung tertuju pada 'Singkong Sambal Roa'. Melihat kata singkong, aku tak berpikir panjang untuk memesannya.
Saat pesanan tiba, tak diragukan lagi kudapan itu ludes dalam sekejap. Rasa rindu untuk menikmati singkong Ibu di Jogja terobati. Sekarang bila aku sedang rindu dengan singkong, aku tinggal merapat ke Kopitiam Oey. Sudah dua outlet (Sabang dan Tebet) aku sambangi dengan pesanan sama. Kutemukan menemukan rasa yang sama untuk menu 'Singkong Sambal Roa'. Singkong ini konsisten di manapun aku memesannya! :)
This is a new ways to #enjoyjakarta cyn!
Halo anak singkong hahaha
ReplyDeleteHelo Kaka Luthfan :D
Deleteane kira sepanjang buku nya gan., hehehe, slam anak singkong.,
ReplyDeleteBuku opo gan?
Deletesambal roa itu apa mbak? :o
ReplyDeleteSambelnya itu gmn ya jelasinnya... *bingung
DeleteBerbagi Kisah, Informasi dan Foto
ReplyDeleteTentang Indahnya INDONESIA
www.jelajah-nesia.blogspot.com
emang ubi kui pancen enakk
ReplyDeletepancen enak singkong kui... opo maneh di bakar
ReplyDelete