zidaburika.wordpress.com/2009/02...lah-api/
Mobil sedan hitam berkaca gelap itu memasuki pelataran SPBU menuju antrian. Aku melirik sekilas karena mobil sedan hitam itu menarik perhatian. Meski berwarna hitam, tapi bodinya terlihat sangat kinclong. Mungkin yang punya baru saja membawa mobilnya itu keluar dari salon mobil.
Tanganku masih memegang nozzles selang di inlet mobil warna putih didepanku. Setelah meteran pengukur berhenti di angka 5.00, kuangkat nozzles dari lubang inlet. Menutupnya, dan menggantungkan selang di sisi mesin dispenser. Menerima uang dari si empunya mobil, dan tersenyum menerima antrian berikutnya.
"Selamat siang."
Kaca jendela terbuka otomatis dari dalam. Sosok tampan di dalam mobil tengah melepas kacamata hitamnya dan menjawab sapaanku. "Siang."
Mobil hitam yang kinclong ini sangat cocok dikemudikan oleh mas-mas ini. Sama kinclongnya!
"Mau isi berapa pak?" tanyaku.
"Sepuluh liter."
Aku berjalan mengambil nozzles dan menarik selang, "Dari angka nol ya pak." Lalu aku mendekati inlet mobil, dan bensin pun mengalir ke dalam tangki bahan bakar mobil.
Sambil menunggu angka di meteran menunjukkan 10.00 aku memperhatikan bodi mobil yang benar-benar mulus ini. Sesekali mencoba melirik si empunya mobil, mas-mas ganteng ini.
Beruntung sekali dia, masih muda, cakep, punya mobil bagus. Lamunanku buyar lagi saat meteran sudah menunjukkan angka 10.00. Seperti yang sudah-sudah kuangkat nozzles dari lubang inlet. Menutupnya, dan menggantungkan selang di sisi mesin dispenser. Menerima uang dari si empunya mobil, dan tersenyum menerima antrian berikutnya.
***
Sekilas bayangan mobil sedan hitam itu tertangkap oleh sudut mataku masuk ke antrian tempat aku bertugas.
Kuangkat nozzles dari lubang inlet mobil dihadapanku, menutupnya, dan menggantungkan selang di sisi mesin dispenser. Setelah menerima uang dari si empunya mobil, aku tersenyum menerima antrian berikutnya. Ya berikutnya adalah sedan hitam yang selama dua minggu ini mengisi bahan bakar di SPBU jalan raya Ciputat ini.
"Selamat sore." Sapaan standarku padanya.
Seperti biasa ia membuka kaca mobilnya, tersenyum sambil menjawab sapaanku, dan mengutarakan berapa liter ia akan mengisi bahan bakar.
Aku mengambil nozzles dan menarik selang, "Dari angka nol ya pak." Mendekati inlet mobil, dan bensin pun mengalir ke dalam tangki bahan bakar mobilnya.
Sambil menunggu angka di meteran menunjukkan 10.00 , kupandangi ujung sepatuku. Menunduk dan entah apa yang kupikirkan berharap bisa ngobrol dengan mas-mas ganteng ini. Tak sekedar mengucap 'Selamat Siang,Sore atau Malam','Dari angka nol',dan 'Terimakasih'.
"Shift malam mbak?"
Tiba-tiba si mas ini membuka percakapan. Seraya turun dari mobilnya dan bersender.
Aku mengangguk menjawab pertanyaannya .
"Uda lama kerja disini?" tanyanya lagi.
Aku mengangguk lagi.
"Saya belum lama pindah ke daerah sini. Tapi kita sering ketemu ya kalo saya ngisi bensin?"
Aku mengangguk.
"Tinggal dekat sini mbak?"
Lagi-lagi aku mengangguk.
Jawaban macam apa ini daritadi mengangguk saja? Tadi ngarep pengen ngbrol, sekarang ditanya kok gue cuma ngangguk-ngangguk aja?
"Mbak.."
"Ya..?" Aku menoleh GR. Dia tersenyum menunjuk meteran di dispenser.
Ah sial, ternyata sudah 10 liter dan selang sudah tak mengalirkan bensin lagi. Sudah berapa lama aku bengong dihadapannya?
Segera kubereskan nozzles menutup inlet, dan menggantungkan selang di sisi mesin dispenser. Buru-buru pula aku mengambil uang darinya dan memberi kembalian lalu mengucapkan 'Terimakasih'.
"Sampai ketemu lagi mbak..."
Ia melambaikan tangan dan berlalu.
***
Setiap hari aku menanti kedatangan mobil sedan hitam itu. Tentu saja dengan alasan mengagumi mas-mas berwajah ganteng itu dan bertukar cerita lebih banyak disela pennatian meteran menunjukkan angka 10.00.
Rasanya aku bukan hanya mengaguminya tapi mulai jatuh hati padanya.
"Bengong lo!"
Sebuah tepukan dan teguran dari rekan kerjaku cukup mengejutkanku.
"Ih, gak!"
"Si mas ganteng itu masih siangan datengnye..." godanya.
"Ih reseh lo ah.."
"Ehem!" Atasanku berdehem kencang menegur aku dan rekanku yang bercanda di tempat kerja.
"Jangan bercanda aja. Mentang-mentang lagi sepi. Eh coba itu benarkan letak Apar itu!" perintahnya tegas.
Aku buru-buru membenarkan posisi Apar di sebelah kolom tiang penyangga kanopi SPBU ini.
"Kerja yang baik!" ucapnya sambil berlalu.
Aku bertukar pandangan dengan rekan kerjaku di seberang sambil tertawa kecil.
Tak lama mobil sedan hitam yang kuhafal dan cukup kunanti itu tiba juga memasuki pelataran SPBU yang masih sepi ini. Ya ini masih sangat pagi. Kurang dari jam 6 dan hari libur. Jadi wajar saja belum banyak orang yang keluar rumah dan mampir membeli bahan bakar.
Aku tersenyum lebar saat mobil hitam dengan kaca gelap itu mendekat. Tumben dia sudah keluar rumah dipagi hari seperti ini.
Kaca mobil terbuka dan aku menyapa "Selamat pagi mas. Tumben..." sapaanku tertahan saat melihat ia tak sendiri di dalam mobil.
"Pagi" jawabnya singkat.
Aku mengambil nozzles dan menarik selang,kali ini sedikit emosi.
"Dari angka nol ya pak." Ucapku datar dan memanggilnya lagi dengan 'Pak' bukan 'Mas'.
Kudekati inlet mobil, dan bensin pun mengalir ke dalam tangki bahan bakar mobilnya. Sesekali aku mencoba melihat dengan jelas siapa orang di dalam mobilnya. Seberapa cantik sih perempuan yang pergi bersamanya sepagi ini?
Aliran bensin kedalam tangki sama kencangnya dengan aliran darahku yang rasanya mendidih menuju ubun-ubun. Tanganku bergetar memegang nozzles. Terbayang pertemuan-pertemuanku sebelumnya dengan si empunya mobil ini.
Biasanya kami bertukar cerita disela-sela menunggu bensin terisi sebanyak 10 liter ke dalam tangki mobilnya. Dan itu terasa singkat sekali. Tak pernah puas rasanya berbincang dengannya.
Kali ini waktu rasanya lama sekali menunggu meteran menunjukkan angka 10.00. Tanganku masih bergetar, dan ada perasaan tak enak memacu emosi.
Nozzles Tersentak pertanda sudah 10 liter bensin berpindah dari dispenser ke tangki bahan bakar mobil ini.
Woooooozzzzz.....
Tiba-tiba di pandanganku semua menjadi serba putih, aku terbatuk-batuk. Badanku penuh dengan busa berwarna putih.
"Arghhh...." Aku berteriak kesal.
Diseberang rekanku memegang Aper dan berteriak panik "Kamu terbakar!"
Terbakar apa? Aku kesal sendiri dengan ulah temanku!!
"Kamu terbakar! Itu api cemburu!"
***
GaL
Lantai 31
5:02 wib
Note:
Hahahahaha ini sumpah jayus ya endingnya :P
kagum ma gantengnya ya,ko' smpe segitunya.. hahaha...
ReplyDeleteYahhh namanya juga NGAREP, jadi pas harapannya meleset jadi JELOUS :D
ReplyDeleteyewwww....
ReplyDeletekomentar aahh...
biasanya si kalau isi bensin itu gak berpatokan pada berapa liter tetapi berapa rupiah.
jamaknya si gitu.
10 liter = Rp 45.000
iya kalau uang pas, gmana kalau uang 100rb?
paling enak si isi 50rb yaa
dapet dech 11,11 liter
eh ini premium atau pertamax yaa?
kalo pertamax beda lagi bukan?
hidup bio premium.. :)
ya kan ada yang beli make patokan uangnya ada juga yang maish pake ukuran liter tauk :D
ReplyDelete