Monday, October 05, 2009

Mudik ala Galuh #7- Ngulon Alon-alon

Ini H+1 setelah lebaran hari kedua. Saatnya kembali ke Jogja. Aku bergegas mengemasi barang-barang ke dalam bagasi mobil. Karena tidak sabar untuk kembali ke Jogja!

"Ini diangkat jugah ya..." Mamaku berseru dari ruang tengah sambil menunjuk ke arah karung bertuliskan GULA NETTO 50 Kg.

Sontak aku dan kakakku berpandang-pandangan dengan isyarat 'HAH?Nyokap nggak lagi bercanda kan???!!'
Dengan setengah hati karung besar itu dipindahkan ke dalam mobil.Dan, aku yang bernasib baik untuk duduk bersebelahan dengan karung yang bobotnya sama dengan berat badanku ini!


*
Pemerintah jaman kerajaan saja bisa merebut, memperjuangkan, dan mengatur dengan baik wilayahnya. Mengapa pemerintah sekarang yang tinggal memelihara wilayahnya saja terkesan susah ya?

Saat mobil melintasi wilayah Trowulan, aku teringat janji Papaku untuk meneruskan cerita kejayaan Majapahit.
"Pap..jadi Hayam Wuruk berhasil mencapai puncak kejayaan berapa lama?" tanyaku memecah kesunyian di kala mobil kami masuk di deretan antrian kepadatan arus balik.

"Oya...Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389"

"Trus..."

"Namun...Majapahit benar-benar mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Itu ada di tahun 1313-1364"

"Ow....bukti kejayaannya?Apa pap?"

"Ekpansi wilayah mereka. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina"

"Waw!"

"Tapi...Majapahit juga mengalami masa kehancuran setelahnya. Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450-an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468"

"The end!" Seruku...

*
Kali ini sudah masuk waktu Dhuhur, kami sekeluarga memilih masjid di by pass luar kota Jombang. Banyak mobil berplat nomer luar Jawa timur disini sedang mampir istirahat dan sholat.

Halaman masjid pun ramai dengan pedagang bakso, mie ayam, es krim, dan jajanan lain. Rejeki idul fitri ya? aku membatin melihat pemandangan didepanku.

Selesai sholat dan bersiap kembali masuk mobil, Papaku terlihat ngobrol dengan seorang anak kecil di bawah pohon depan masjid. Aku menghampiri mereka.
"Kenapa pap?", tanyaku
"Ini lho, anak ini ketinggalan mobil orang tuanya.."
WHAT?dalam hati aku berteriak, orangtua seperti apa yang melupakan anaknya??
"Kok bisa?". tanyaku
Juru parkir disitu menerangkan padaku. Sepertinya anak ini datang bersama rombongan keluarga besarnya dengan dua mobil. Hanya saja, entah mengapa anak ini mungkin terlalu asyik bermain di halaman masjid sehingga tidak 'ngeh' kalau rombongan keluarganya sudah bersiap dan bahkan menaiki mobil dan meninggalkan masjid ini. Yang ditakutkan adalah, mobil yang satu menganggap si Krisna-nama anak ini berada di mobil satunya, begitu juga sebaliknya.

Si Krisna tampak tenang dengan aqua botol di tangannya. sambil memainkan kakinya yang tergantung saat dia duduk di bangku bambu di bawah pohon ini. Tidak ada cara lain selain menunggu si orangtua kembali dan menjemput Krisna. Si Juru parkir menyanggupi untuk menjaga Krisna.

Aku dan keluarga bergerak meninggalkan masjid dan terus membahas kisah Krisna dengan asumsi kami masing-masing. Ini keteledoran yang luar biasa. Anak yang baru sekolah di taman kanak-kanak, tidak tahu alamat rumah, tidak tahu nomer telepon ayah ibunya, mengaku rumahnya di Semarang, tertinggal di Masjid di daerah Jawa timur! Tragis! Aku hanya berdoa smeoga ibunya segera sadar bahwa si anak tidak ada di rombongan, baik di mobil satu maupun yang satunya.AMIN.

[Intermezzo]Tips mudik bersama keluarga:
1.Pastikan anak anda dalam pengawasan anda
2.Bila membawa kendaraan lebih dari satu jangan lupa hitung kembali anggota keluarga anda.
3. Tidak ada salahnya mencantumkan identitas diri sedikit lengkap di anak anda-entah berupa gelang,kalung, atau kertas di sakunya untuk informasi.

*
Ngulon alon-alon, pelan-pelan ke Barat. Tujuan sebelum masuk ke kota Jogja adalah Prambanan! Bukan..aku bukan ingin melihat candinya. Melainkan pertunjukan sendratari RAMAYANA.

Sewaktu berangkat ke Timur, kami sempat membaca Baliho di sepanjang jalan raya Solo yang menyebutkan adanya pertunjukan ekstra selama libur lebaran. Maka kami sekeluarga sepakat untuk menyempatkan menonton di pelataran panggung terbuka sepulang dari Mojokerto.

Nyaris saja, karena kami memasuki halaman parkir jam 19.20.Sementara menurut jadwalnya pertunjukkan akan dimulai 19.30. Sedikit tergesa, alhamdulilah kami masih mendapatkan tiket.



Waw...aku katrok memang, orang Jogja tapi seumur hidup baru kali ini masuk ke are apanggung pertunjukan ini. Aku ingat, ketika kuliah sempat ada tugas untuk survey ke gedung pertunjukan atau panggung pertunjukan untuk mata kuliah perancangan. Tetapi aku memilih hanya survei ke gedung pertunjukan di PPPG kesenian. Tapi late is better than never kan..:)



Sendratari ini pertama kali dipentaskan dan diresmikan oleh Ir. Soekarno, Presiden RI yang pertama pada tahun 1961 di sebelah selatan candi di bagian timur sungai dan pindah ke tempat yang sekarang dibagian barat candi. Area panggung kurang lebih berukuran 24 x 19 meter. Area penonton berkapasitas kurang lebih 1000 orang. Dan, tata cahaya dan suara sangat mendukung pertunjukan 2 jam ini.

Kisah Ramayana menggambarkan kesetiaan, perjuangan, kebaikan lawan kejahatan, hitam putih dimana kalau diterjemahkan dalam kehidupan nyata bisa menjadi cermin bagi diri kita sendiri. Tentang kisah Rama dan Sinta yang berakhir bahagia. Nilai-nilai kepercayaan bisa digarisbawahi disini. Aku tidak mau menceritakan sekalipun sinopsis ceritanya ya, bila tertarik silahkan main ke Prambanan...:)

Tiketnya juga tidak mahal untuk sebuah pertunjukan dan fasilitas yang kita dapatkan. Oiya yang membuat aku terkesan saat adegan Hanoman ditangkap dan membakar kota Alengka, itu menggunakan api beneran, sehingga membuat suasana semakin dramatis!

Aku memang suka menari, tetapi aku belum pernah menari Jawa seumur hidup. Rasanya ketika baru duduk di area penonton, aku ingin sekali ada di panggung itu turut menari. 'Dimana ya bisa belajar menari untuk sendratari seperti ini?' Aku mulai berkhayal menjadi penari sendratari.

Pertunjukan berakhir dengan menarik. Meninggalkan kesan, menghilangkan kesal selama perjalanan tadi. Sekarang saatnya kembali ke Jogja. Dengan memimpikan Rama.

kapan Rama-ku tiba menyelamatkanku ya?

***
maaf ya telat sekali note mudik ketujuhini...
jangan bosen ya 1 lagih selesai kok perjalanan mudikku...
THX u guys...

No comments:

Post a Comment