Sunday, March 28, 2010

Kisah 60 Menit



Aku melirik jam tanganku, tepat pukul 7 malam saat memasuki area tunggu.

"Yahhhh..." Seisi ruangan ini mengeluh dengan nada kompak.

Mati lampu.

"Duh sial!" Aku mengumpat.

Tiba-tiba ruangan tak seberapa luas ini gelap. Hanya cahaya dari kendaraan di luar sana terlihat lalu lalang kadang menyilaukan. Akuberjalan ke tengah halte.

"Harap tenang semua, ada pemadaman listrik dari pusat. Mohon maaf. Jangan panik."

Suara petugas terdengar bersaing dengan suara kendaraan yang lalu lalang.

Halte Transjakarta ini tak seberapa luas. Kisi-kisi terbukanya juga tak banyak. Sementara jam menunjukkan waktu dimana semua orang pulang kerja dan memenuhi halte ini. Pengap.

Diluar langit masih menangis. Jalanan basah, bau tanah bercampur dengan asap kendaraan. Aku masih merutuki kejadian-demi kejadian hari ini.

Aku melipat payungku. Tempat dudukpun tak tersedia. Aku menghela nafas kesal. Aku berdiri.

"Aduh!" Aku menjerit kakiku terinjak oleh orang yang berdiri membelakangiku

"Eh maap..maap..."

Aku tak bisa melihat wajahnya. Hanya suaranya yang sedikit berat yang terekam dalam ingatanku.

"Maap ya ..." Dia bersuara lagi. AKu mengangguk menandakan 'Im just fine'.

Kami sama-sama berdiam. Cukup lama. Sama-sama memperhatikan lampu-lampu kendaraan.

"Eh, maap lho ya..." Dia bersuara lagi. Gelapnya tempat ini menyebabkan dia tak tahu bila aku sudah mengangguk sebagai jawaban permohonan maafnya.

"Gak pa pa, mas."

"O..mbak-mbak tho kakinya yang gue injek barusan." Suara beratnya terdengar ramah.

Dia kini berdiri persisi disampingku menghadap ke kaca halte. Lagi-lagi diam. Memperhatikan lampu diluar.

"Mau pulang kemana mbak?" Dia memecah keheningan.

Aku diam. Orang ini, sudah tahu mati listrik, masih saja ingin beramah-ramah. Sementara aku capek, kehujanan, kedinginan, lapar, dan baru saja dimarahin bos tadi di kantor.

"Mbak..mbak masih disitu kan?"

Dengan sedikit malas aku menjawab "Masih. Saya ke Blok M."

Lalu kami sama-sama diam lagi.

Dia bergeser ke sisi kananku, kembali mengajakku berbicara. "Wah sama donk ke Blok M."

Aku diam tak merespon. Masih membayangkan buruknya hari ini. Hanya ingin cepat sampai rumah dan tidur .

" Kantor mbak di deket sini ya?"

Dia bersuara lagi.

"Iya."

Lalu kami kembali diam. Syukurlah semoga di atak meneruskan pembicaraan.

"Di gedung apa mbak?"

Ahhh aku salah. kenapa dia maish saja membuka mulut?
Aku malas menjawab. Hanya memandang kendaraan diluar sana.

"Saya tau deh, pasti mbak karyawan di gedung yang pojokan setelah jembatan sini kan?"

Aku tercengang, tebakan jitu juga. Ah kebetulan.

"Mungkin." jawabku sekenanya.

Bis Transjakarta tak kunjung tiba. Kurasa lebih dari setengah jam aku berdiri disini, dalam kegelapan. AKu mulai pegal dengan hak tinggiku. Berdiri dengan sepatu hak tinggi jauh lebih menyiksa ketimbang berjalan puluhan kilo.

"Mohon maaf, harap bersabar menunggu. Armada bis sedang mengalami kendala teknis di halte sebelumnya. Mohon menunggu."

Seisi ruangan lagi-lagi mengeluh kompak. Sungguh bukan berita baik yang ingin kudengar dari mulut petugas itu.

Aku semakin resah.

"Wah payah ya mbak, masak kita kudu nunggu lagi. Mmm mbak buru-buru nggak?"

"Iya."

"Dari Blok M masih nyambung lagi?"

"Iya."

"Oo...."

"Mbak..."

"Maaf ya mas, saya lagi nggak mood ngobrol. Hari ini hari buruk buat saya. Jadi tolong saya jangan diajak ngobrol!"

Dia diam. Dia tak merespon.

Aku tak merasa bersalah, aku memilih menikmati keheninganku.

Tiba-tiba lampu menyala menerangi halte ini.

Suara lega dari seluruh orang didalam sini terdengar. Aku melirik jam tanganku, tepat 60 menit dari terakhir aku melihat jam. Sekarang tinggal menunggu bis datang.

Tak lama bis Transjakarta tiba, semua orang mendekati pintu. Aku juga demikian, namun langkahku tertahan saat melihat seorang tuna netra yang mencoba mendekat ke pintu yang sama.

"Mari mas, saya bantu."

Dia hanya tersenyum, tak menjawab namun mengikuti langkahku.

Setelah kami berada di dalam bis, aku berhasil mengantarnya pada tempat duduk, dia bersuara, suara yang tak asing di telingaku sejam yang lalu. "Terimakasih mbak. Sudah mood untuk ngobrol dengan saya?"


***

Happy belated Earth hour...
hehehheeh
28 March 2010 6:46pm

No comments:

Post a Comment