Dia melintas, dan seperti biasa kami terpesona. Iya kami, bukan hanya aku, atau dia, atau beberapa temanku disini, tapi kami semua.
"Gile... cakep!"
"Muke lo!"
"Terbuat dari ape tu cewek ya?"
"Subhanallah..."
"Heh! Cewek gue tuh!" Aku bersuara lantang memecah semua kekaguman teman-temanku.
"Ngimpi lo ye!"
"Ngaca nyet!!"
Semua teman-temanku tertawa merespon kalimatku barusan. Sial.
:::
"Hai."
Cewek yang selama ini hanya aku kagumi dari jauh kali ini hanya berjarak kurang dari setengah meter didepanku.
Dia menoleh. Tersenyum dan meneruskan bacaannya.
"Gue Eja, Fisip 99"
Tanganku terulur ke hadapannya.
Lagi-lagi dia menoleh dan hanya tersenyum. Menyejukkan mengalahkan angin sore yang bertiup menggerakkan dedaunan pada pohon besar di taman kampus ini.
Kutarik kembali tanganku.
"Mmm... boleh gue duduk?" Tanyaku sambil menunjuk sisa bangku yang ia duduki.
Dia menoleh dan tersenyum lagi. Tangannya memindahkan tasnya ke sisi kanannya sehingga sisi kirinya tersisa ruang bangku yang siap untuk kududuki.
Aku duduk disebelahnya.
Anjrit! Gue daritadi disenyumin doang! Terus gue ampe kapan kudu nerima jawaban dalam bentuk senyum? Mak! Tolongin gue Mak... uda kepalang basah gue diduduk disebelah die!!
"Mmm... suka baca ya?"
sumpah yang ini basi banget pertanyaan gue.
Dia menoleh dan tersenyum. Lalu kembali membaca bukunya.
Aku menggaruk-garuk kepalaku. Bingung harus menanyakan apalagi padanya.
"Lo suka banget ya duduk disini?"
Dia menoleh dan tersenyum lagi. Kali ini mengangguk mengiyakan.
"Udah lama?"
Dia menoleh dan tersenyum lalu menggeleng.
"O... masih lama nggak?"
Dia menoleh dan mengangguk. Lalu kembali membaca bukunya.
Sumpah nih cewek, gagu apa ya? Senyam senyum doang daritadi. Mati gaya gue.
Aku tak kehabisan akal, kukeluarkan dua gelas plastik air mineral dari dalam tasku.
"Minum?"
Kusodorkan satu gelas kearahnya.
Dia menoleh tersenyum, dan meraih gelas air mineral yang kutawarkan. Langsung ia buka dan ia teguk sampai habis. Lalu kembali membaca.
buset... haus kali ya ni cewek?
"Mmm haus ya lo?"
Dia tak merespon pandangannya fokus pada bukunya.
Aku menebar pandangan ke sekeliling taman kampus ini. Semua mahasiswa lalu lalang. Beraneka macam tingkah lakunya. Aku berharap tak ada temanku yang memergokiku sedang duduk ditengah taman ini bersama si cewek idaman.
Lampu taman satu persatu mulai menyala, langit memang sudah mengarah ke senja. Sebentar lagi akan gelap.
Aku menalikan tali sepatuku yang terlepas, sambil membungkuk aku mencoba bertanya lagi, "Uda mo malem ni, lo pulang ama siapa?"
Dia menutup bukunya. Lalu memandang langit.
Ampun dah ni cewek...ditanyain malah ndongak ke langit. Yang nanyain disini woi!! buakn diatas sono!!
"Liat apa sih?" Aku mencoba mencari tahu apa yang ia pandangi dilangit.
Dia menoleh dan tersenyum, "Liat bintang."
Set dah....Suaranya bening banget jo....
"Ow.. lo liat bintang? Daritadi lo disini nungguin liat bintang?"
Dia mengangguk.
"Bintang apa?" tanyaku
Dia menunjuk satu bintang yang terang di langit sebelah barat.
"O... lo nungguin Sirius..."
Dia menoleh padaku, lalu tersenyum, "Lo tau Sirius?"
Aku mengangguk. "Sirius nama lainnya Alpha Canis Majoris. Adalah bintang paling terang di langit malam, dengan magnitudo tampak −1.47. Bintang ini terletak di rasi Canis Major dan merupakan sistem bintang ganda dengan komponen primer bintang deret utama kelas A dan komponen sekunder sebuah katai putih."
Dia memandangku, "Wah... kamu tau?"
Aku meneruskan, "Sirius dapat dilihat hampir di semua tempat di permukaan Bumi kecuali oleh orang-orang yang tinggal pada lintang di atas 73,284° utara. Saat terbaik untuk dapat melihat bintang ini adalah sekitar tanggal 1 Januari, dimana dia mencapai meridian pada tengah malam."
"Iya... bener.."
"Pada kondisi yang sesuai, Sirius dapat dilihat dengan mata telanjang saat Matahari masih berada di atas horison. Ketika berada di atas kepala, bintang ini dapat dilihat pada kondisi cuaca sangat bersih, asalkan pengamat berada di tempat yang tinggi, dan posisi Matahari cukup rendah." aku meneruskan penjelasanku, aku senang dia tertarik dengan apa yang aku ungkapkan.
Dia tersenyum lebar dan menyusun bukunya di dalam tas.
"Dan..nama bintang ini berasal dari bahasa Yunani Seirios, yang berarti "menyala-nyala" atau "amat panas" Aku menutup dongengku.
yes, ternyata gampang, hanya cukup mendongeng soal bintang aje...
Dia mengangguk dan mengulurkan tangannya.
Aku menjabatnya dan mengulangi perkenalanku "Eja, Fisip 99"
"Aku Sirius. Sang bintang yang terang."
Langit senja terasa semakin indah! I love Sirius!!
***
GaL
21:13pm | 19 April 2010
No comments:
Post a Comment