Friday, January 15, 2010

#7- Luka Untuk Banci


"Maafin aku. Aku perlu waktu sendiri kemarin."
Aku tak menjawab hanya tersenyum sambil menghembuskan asap rokokku. Aku berlalu menuju pantry dan membuatkan segelas sirup merah untuknya.

Ini kesempatanku untuk memanfaatkan kelemahannya. Kala dia merasa bersalah karena sempat mengabaikanku seharian kemarin. Apa yang terjadi sebenarnya aku tak peduli. Persetan dia berhari-hari tak menghubungiku , toh aku hanya menjadikan perjodohanku ini untuk bersembunyi .

Kali ini dia akan tunduk padaku. Setelah proses perkenalan singkat dan prosesi perjodohan ini angin-anginan ia jalani, bahkan terkesan menghindariku. Cukup! Aku cukup seolah-olah mengejar-ngejar perempuan tak tahu malu ini. Aku sudah muak bermanis-manis di depannya demi perjodohan keparat ini.

"Aku benar-benar minta maaf, Setya. Aku mungkin terkesan mengabaikanmu selama ini. Maaf." terdengar suaranya bergema di ruang tengah apartemenku.

Suara dentingan logam yang berbentur dengan sisi gelas menggema di ruangan. Kuaduk rata serbuk putih yang kularutkan dalam segelas sirup merah ini. Ini akan mengakhiri sandiwara babak satuku. Dinda harus lemah dihadapanku!

"Jadwal fitting dan tetek bengek persiapan pernikahan kita masih bisa diatur. Kamu jangan khawatir Dinda. Kita masih banyak waktu." Aku bersuara manis dari dalam pantry.

Ya, masih banyak waktu untuk mematangkan semua rencanaku. Aku terkekeh dalam hati. Kuangkat dua gelas sirup ini menuju kembali keruang tengah.

"Minumlah Dinda" kuserahkan gelas tadi padanya.
Dinda tersenyum menerima dan menegaknya. Dia mengusap pipinya yang sempat dibasahi oleh air mata. Kurasa dia mulai merasa bersalah. Ada apa sebenarnya? Mengapa dia tiba-tiba merasa bersalah? Ah tak penting. Yang penting malam ini, Dinda akan jadi milikku. Akupun mengangkat gelasku .

"Ini sudah malam, sehabis ini aku antar kamu pulang ya."
Dinda tak menjawab, hanya diam. Matanya terpejam sejenak. Lalu terbuka lagi.
"Besok kita atur jadwalnya lagi Dinda." Aku bersuara lagi, dia nampak memegangi kepalanya.
"Aku akan jemput kamu besok lalu kita akan fitting baju kita..." Aku mendekat memeganginya.
"..Ya..sekitar siang ya Nda?Lalu..." Dinda nampak menahan sakit dan akhirnya terkulai di dekapku. aku tak menuntaskan kalimatku. Aku tersenyum memandangi wajahnya yang pucat.

*

"Owhc!!"
Pikiranku yang baru saja melayang ke peristiwa awal aku menjebak Dinda terbuyarkan dengan satu pukulan dari belakang.

AKu tersungkur. Kepalaku terasa berputar, pandanganku berbayang.

"Berdiri lo!"
Aku mencoba berdiri namun ulu hatiku kembali dihantam kepalan keras.

Aku ambruk lagi. Pandanganku tak dapat melihat dengan jelas siapa gerangan empunya suara yang menantangku.
"Berdiri lo banci!! Berdiri!"

Sekali lagi kucoba berdiri sambil mengusap pelipisku yang telah berdarah. Tapi orang dihadapanku tak memberiku kesempatan. Tengkukku dipukul benda keras dan aku tersungkur.

"Laki-laki banci hanya bisa menyakiti hati perempuan! Banci lo!"
Suara yang aku dengar sayup-sayup lalu aku tak mendengar apapun.

Lalu semua menjadi gelap.

*
Setya, gimana luka memarnya? Aku kesana sebentar lagi, aku masih baru melunasi souvenir resepsi. Oya, Aku bawa sesuatu untukmu.CU

Kubaca pesan singkat dari Dinda. Kuletakkan handphoneku malas. Aku tak berharap dia datang atau membawakanku buah, bunga atau apapun. Peduli setan! Douh.. Pelipisku masih memar, punggung ini rasanya seperti patah.

Ini hari keduaku terbaring lemah di atas kasur. Rasa penasaranku belum terjawab. Siapa orang yang menyerangku tempo hari. Aku tak siap sama sekali. Otakku terus berpikir keras. Dua hari ini aku tak tidur dengan tenang. Keparat!! Siapa orang yang berkali-kali meneriakkan kata banci itu!


Drrrttt drtttt
1 Message Received

Aaarrghhh ini pasti perempuan tidak penting itu. Apalagi yang mau dia sampaiakan sebelum datang kemari?!!

Kubaca pesan singkat yang masuk ke handphoneku. Anjrit!

Gimana luka lo,Banci? Banci yang malang. Kalo lo masih mau dipanggil laki-laki, temuin gue jam 9 malam di belakang gedung klub lo biasa nongkrong! Sendiri! cu, banci! 

***

Wed, 13 Jan 2010 at 6:20pm
GaL

No comments:

Post a Comment