"Buruannnn nanti aku telat!”
“Duh.. jangan cepet-cepet dong..” Aku berteriak setengah mengeluh karena sepatu baruku ini menyiksaku.
“Dasar cewek, lamban!”
Aku hanya memasang muka cemberut. Sambil berusaha mengejarnya yang ada setengah meter didepanku.
Ini hari pertama kami sekolah setelah libur panjang. Dan hari pertama sekolah selalu dimulai pada hari Senin kan? Aku bangga sekali akhirnya menanggalkan baju merah putih menjadi biru putih. AKu sudah berada di jenjang pendidikan sekolah menengah pertama.
Kurapikan rok miniku. Ahh senang sekali, bentuk rokku tidak lagi lebar seperti sragam sekolah dasarku. Rok biru ini lebih modis menurutku. Aku bersemangat sekali, meski sepatu baru ini membuatku sedikit terganggu. Rasanya kakiku sudah lecet. Ugh.. sepatu kamu kok tidak bekerjasama dengan baik sih di hari pertamaku sekolah?
“Buruan!! Lama amat sih!” Dia berteriak di depan gerbang.
“Iya iya.. kamu jangan cepet-cepet dong jalannya!!” AKu terengah-engah.
Aku masih berada diluar gerbang. Sekolah baruku sangat besar dan luas. Dari gerbang menuju kelas membutuhkan waktu lama. Jam tanganku menunjukkan pukul 7 pas. Tepat aku melangkahkan kaki ke halaman sekolah melewati pintu gerbang, bel tanda masuk berbunyi.
“Aku duluan! Kamu cari sendiri kelasmu!”
Huh, kakakku itu tidak bertanggung jawab. Mentang-mentang dia kelas tiga! AKu bersungut-sungut. Bel sudah berbunyi dan aku belum tau kelas aku dimana. Aku berjalan tergesa-gesa. Tapi mengapa semua siswa bergerak ke lapangan tengah?
“Semua siswa dan siswi dipercepat menuju lapangan upacara!” Suara galak dari pengeras suara terdengar jelas ditelingaku.
Owwww ini hari Senin dan waktunya upacara kan ya? Dan aku telat? Belum menemukan kelasku! Kuletakkan tasku di selasar depan kelas bertuliskan 2-I. Biarlah tasku disini dulu yang penting aku tidak telat ke barisan.
“Kelas 1 disebelah barat!” Sekali lagi suara galak itu mengatur barisan.
Berdirilah aku ditengah kerumunan kelas 1, yang aku sendiri tak tahu ini teman-teman sekelasku atau bukan.
Upacara terasa lama. AKu hanya bersemangat saat membacakan Pancasila. Lima sila yang mendasari negara kita. Hahaha nampaknya doktrin itu sudah melekat dari kecil. Bahwa negara kita memiliki dasar negara Pancasila. Lambang negara kita disebut Garuda Pancasila. Wahh gagah ya terdengarnya? Aku ngefans dengan lambang negaraku!
Garuda Pancasila dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak yang disempurnakan oleh Soekarno. Kata Pancasila berasal dari dua buah kata dari bahasa sansekerta yaitu Panca berarti lima dan Sila yang berarti dasar.
Lambang negara bial dilihat detail terdiri dari banyak bagian. Dan kurasa pelajaran PPKNku untuk bahasan ini sangat mendarah daging. Perisai yang ada di dada burung Garuda Melambangkan pertahan bangsa Indonesia . Sedangkan warna merah putihnya melambangkan bendera negara kita. PErhatikan detail garis hitam diagonal pada perisai menujukkan wilayah kedaulatan Republik Indonesia dilalui garis khatulis tiwa. Dan yang terakhir, lambang pada perisainya adalah interpretasi dan lambang dari isi pancasila.
Lambang-lambang dari isi pancasila ada bintang untuk Ketuhanan Yang Maha Esa. kemudian, rantai untuk Kemanusiaan Yang adil Dan Beradab. Yang ketiga, pohon Beringin untuk Persatuan Indonesia. Kepala Banteng untuk Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Permusyawaratan Perwakilan. Dan yang terakhir adalah gambar padi dan kapas untuk sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Lambang burung garuda sendiri bila diperhatikan memiliki jumlah bulu yang memiliki makna khusus 17 helai bulu pada masing masing sayap, melambangkan tanggal 17. 8 helai bulu pada ekor artinya melambangkan bulan 8 atau agustus. dan 45 helai bulu pada leher burung garuda melambangkan tahun kemerdekaan yaitu tahun 194
Yang terakhir, tulisan Bhineka Tunggal Ika di bawah cengkeraman burung Garuda memiliki makna Berbeda beda tetapi satu jua. Sebuah bentuk penegasan meski memiliki keberagaman suku bangsa adat budaya dan agama tetapi dengan persatuan dan kesatuan dapat mewujudkan negara Republik Indonesia. Wow…semboyan yang sangat kuat untuk sebuah negara.
“Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara”
Suara itu membuyarkan pikiranku tentang Garuda Pancasila. Sok nasionalis sekali aku. Sedari tadi malah melamun membayangkan garuda pancasila dan maknanya, seperti mau ulangan harian PPKN saja. Aku menutup mulutku dengan tangan, menutupi senyuman di bibirku. Jangan sampai teman-teman disekelilingku heran melihatku tersenyum-senyum sendiri.
Barisan pun dibubarkan. Sekarang tugasku mencari tahu dimana kelasku. Aku menyeka keringat dan mengibaskan topiku. Aku berjalan kembali ke selasar kelas 2-I untuk mengambil tasku. Sial, ada sekumpulan laki-laki duduk dekat tasku. AKu sedikit tak bernyali menghadapi mereka. Tapi bel akan berbunyi sebentar lagi tanda pelajaran akan dimulai.
“Maaf. Tas saya.”
“Ow, hei, ini tas kamu?” Seorang dengan postur tubuh lebih tinggi dari teman-temannya menyapaku ramah.
Aku mengangguk dan menunduk.
Dia menyerahkan tasku. “Kamu anak kelas satu ya? Dimana kelasnya?”
Aku menggeleng “Belum tahu dimana, aku kelas 1-2.”
“Aku anterin yok, kelasmu diujung sana.”
Dia berjalan dan aku membuntutinya. Sepanjang berjalan dia hanya diam. Aku juga. AKhirnya kami tiba di ujung lorong. Ya, kelas dengan tulisan 1-2 tepat berada di ujung lorong ini.
“Ini kelas lo.”
“Makasih.”
Tangannya mengulur, “Nama kamu siapa?”
“Bhineka, panggil Eka saja.” AKu menjabat tangannya.
Dia pun menjawab “Aku, Garuda.”
***
27 Januari 2010 8:40 AM
GaL
Garuda Pancasila…. akulah pendukungmu… *nyanyi.
Ini tulisan spontan gara-gara pagi ini nonotn tivi yang masih aja negbahas soal desain kaos Armani Elang militer yang mirip Garuda :)
Btw berapa lama lo nggak melafalkan 5 sila pancasila kayak waktu sekolah dulu? berapa lama lo nggak nyanyi lagu Garuda Pancasila?
Garuda Pancasila lagi marah kali, makanya sekarang dia eksis dengan cara lain. :)
Thx u to read this!
No comments:
Post a Comment